Minggu, 12 Juni 2011

ADAT KEMATIAN DALAM SUKU DAYAK AHE'

ADAT KEMATIAN DALAM SUKU DAYAK AHE'
Sumber : http://www.diridayak.co.cc

1. Adat Istiadat Memandikan Jenazah

a. Disediakan air yang sudah dimasak dicampur dengan air dingin diberi sedikit bunga-bugaan, daun pandan, langir badak dan disiapkan sabun.

b. Setelah dimandikan disiapkan 1 stel pakaian lengkap serba putih dipasang pada badan simati seperti biasa kemudian di baringkan keruang serambi lurus kakinya ke arah pintu keluar kemudian dibungkus dengan kain kapan (kain putih).

c. Setelah itu disiapkan 1 babak pahar untuk tempat makanan simati berupa nasi, sayur, air dll dan 1 buah peti (tas) tempat pakaian yang pernah dipakai semasa masih hidup ini ditaruh disamping jenazah ini tanda memberikan kepadanya untuk dibawa ke alam baka tempat suci baraseh.

2. Adat Istiadat Nau

a. 1 ekor babi laki sebelum dibuang bulunya diambil dulu dari jungur sampai telinga, ekor dan kuku kakinya dengan cara diturih kulitnya.

b. 2 ekor ayam masing-masing diambil sayap, kepala dan kaki sebelah kanan. Kesemuaini dibawa di kuburan (tanda memberi simati). Seluruh anggota keluarga yang datang menyiapkan keperluan pati jenazah, tambak, dan persiapan lainnya 1 buah tempayan paluk dan peralatan pekerjaan yang pernah ia miliki untuk dibawa kekuburan.

c. Jika yang sedang keturunan yang mempunyai kedudukan ditengah-tengah masyarakat ianya supaya dibuatkan untuk seorang laki-laki ini dibuat sanung/ baegamangk selama 3 hari berturut-turut setelah jenazah dimakamkan sampai kepada adat muang abu.

d. Adat istiadat membuat pangkalan atau baegamangk (1 hari 1 ekor ayam) disediakan juga makanan yang agak mewah, jangan sampai lapar orang yang bekerja, karena menaruh pandangan adat kemewahan yang dilakukan pada saat mempersiapkan keperluan orangmeninggal, ini langsung ditempatkan ditempat suci baraseh (di bait pama)

e. Sedangkan kalau yang meninggal setiap perempuan, dia dibuatkan pangkalat dan harus dibuat pada saat jenazah belum dimakamkan dengan perlengkapan seperti huruf c diatas pembuatannya hanya 1 hari.

3. Adat Istiadat Nurutant Jenazah

Jenazah dimasukan didalam alokng (peti) semua anaknya dipersilahkan untuk melangkahi jenazah masing-masing 7 kali anggota keluarga lainnya menyiapkan 1 tombak, 2 payung, 3 dompo untuk dibawa oleh orang yang terdepan membunyikan gong dan membunyikan letusan senapan (bedil)memecahkan tambangk air tadi dibawa juga dikuburan untuk dipasangkan sebagai suda sebanyak 7 biji di keliling kuburan.

4. Adat Istiadat Sampai Di Kuburan

Sebelum masukan pati jenazah, lubang lahat dipasang sau, dengan dompo yang dibawa dari rumah ditambah dengan longke untuk rabun dikuburan, setelah petidimasukan dilapisi lobang didirikan sebatang kayu kecil untuk lobang panyaru sumangat semua anggota keluarga yang ikut menyiapkan di kuburan dan membagi-bagikan semua makanan yang disiapkan untuk simati kepada semua keluarga yang telah dikuburkan terlebih dahulu ditempat ini.

Pangurukng sumangat dilaksanakan setelah selesai penimbusan tanah kuburan, salah satu seorang menyampaikan pesan-pesan kepada almarhum dengan terlebih dahulu nigapm (menepuk) tanah sebanyak 7 kali. Setelah pesan-pesan selesai dibagikan pangurukng sumangat berupa daun yang

dilepetan tersebut supaya tidak rere’ (dipengaruhhi) oleh roh almarhum dan sumangatnya masuk kedalam tubuhnya masing-masing (lepetan daun disisipkan ketelinga).

Saat acara pangurukng sumangat dikuburkan, si pembawa pesan mulai menigapm ( menepuk ) tanah pada bagian kepala sebanyak 7 kali seraya mengatakan kata-kata sebagai berikut : “asa-dua-talu-

ampat-lima-anam-tujuh.................duhani kao sianu(disebutkan namanya) a-iatn aku masatnnia kao, kao dah pulakng ka’ nagari binua asalnyu, man jodo bagiatnnyu-janji man ne’ nangenyu. Kao batikar tanah- bakubu amutn – babantal urat – barapi janyahakng, bajalatn kao baik-baik- ame kao ngeba’ nganan, tanui ne’ nangenyu, ame kao ngalit, ame kao taap surabekng ka’ jukut urakng – pamare’ kami dah cukup ka’ kao, nang ada kao tantuatn – nang nana’ ame’ kao gago’i, kao urajng nang di pamaluatn, urakng nang pagalar pangurangtakng, ame kao jadi ganye – jadi ular – jadi tikus – jadi ampe’-ampe’ – ame kao jadi baho ka’ uma ka’ tahutn. Kao jadi biat – jadi pama – tangahi’ anak ucu’nyu - kampong halaman – binua nagari kami. Didiatn kao tamui da’ sainu (disebutkan sanak keluarganya yang dikuburkan disitu) – ame kita na’ bapaduliatn.

Iatn pasatn kami dah cukup ka’ kao sianu’a – kao dah pulakng ka binua nagari asalnyu – man jodo bagiatnnyu – ame kao ngarere ngalimat kami. Kurs... sumangat kami – pulakng ka’tubuh ka’ karokngnya – ame rere’ man urakng mati”.

5. Adat Istiadat Pulang dari kuburan.

a. Pulang dari kuburan langsung mandi di sungai air bunga lengkap dengan balangir babadak, sebelum naik rumah basau’ barabun dengan daun longke daun mentawa dal lain-lain. Karena menurut adat kuburanadalah tempat yang kotor nang ece.

b. Sesampai dirumah mereka yang ikut menguburkan boleh mandi dahulu, kemudian selesai mandi mereka kumpul kembali dirumah duka, dan diadakan upacara “panetekng” untuk nyaru (memanggil) sumangat kemungkinan sudah ada yang rere’ dengan roh almarhum. Setelah selesai adat Panetekng dilanjutkan dengan acara makan, barulah diadakan acara becece’ mati sebagaimana yang telah diuraikan.

c. Ai’ Balik :

Dipelantaran (pante) dipasang ai’ balik yang terdiri dari abu yang ditaruh diatas sobokng, kemudian didalam piring dan ditutup dengan pangayak. Sedangkan diujung pante dibuat tanga antu, yang tepaknya terbalik. Kesemuanya ini dimaksudkan untukmenyadarkan roh almarhum bahwa ia sudah berada dialam lain (sudah mati) tatkala ia melihat bayangannya didalam air yang ditutup pangayak. Abu dalam sobokng maksudnya supaya bekasnampak dan dapat diketahui bahwa ia betul-betul datang kembali.

6. Adat Istiadat Bacece’ Mati

a. Adat Bacece’ mati diadakan dirumah yang meninggal pada setelah makan sore (malam) dengan takarant adat buah pacak 10 amas dengan rincian sebagai berikut :

1 buah mangkok + paku untuk ngago’ (lihat berapa cabang yang menanggil orang)

1 singkap pingant + paku untuk nglulut ( memandikan 0

1 singkap pingant + paku untuk nang bakayu (pati jenazah + tambak)

1 singkap pingant + paku untuk nang mikul (membawa peti jenazah)

1 singkap pingant + paku +1 1 lembar parang panumbah tanah untuk gali lobang kuburan dan natak bantal kaintonotn.

1 buah mangkok + lonekng manok + paku untuk badango

Yang menerima pingant dan mangkok tidak harus dibawa tapi hanya dipegang dan paku hanya digigit sebagai pangkaras, terkecuali mati bangkak, mati tara, diburut, mati baranak, mati ngotori memang harus dibawa.

b. Pertanyaan dari masyarakat mengawali sebab kematian, apa ada penyebab lain selain jodo janji bakalahi, baancam, mati man jodoh janjinya, mati suci baraseh nana, bajangkang baraba, mati balangir babadak.

c. Pertanyaan kedua tantang persengketaan utangk piutangk, kedalam pertanyaan ini supaya jelas, kalau ada simati berutangk atau ada orang lain yang barutangk pada simati ini harus dibicarakan dalam tempo 3 hari sampai 7 hari, dan harus diketahui oleh masyarakat, sampai juga pada pembagian harta benda simati yang kembalinya kepada siapa-siapa, ini supaya diketahui oleh waris

dan pengurus. Seandainya pada saat itu ada yang belum sempat hadir, masih diberikan kesempatan 3 hari kemudian yaitu pada saat upacara adat muangi abu. Tikar-kubu’ atau bisa juga setelah 7 hari setelah diadakan upacara adat basuayak. Pangajuan utang piutang setelah itu, tidak dibenarkan. Pertanyan ketiga apakah tahutnnya ada ditantuant (akan dilaksanakan upacara adat ngalapasatn tahutn, setelah 3 tahutn). Jika tidak ada dilaksanakan, cukup diadakan berapus setelah 7 hari.

Pertanyaan keempat yaitu mengenai keadaan tubuh, jika yang meninggal suaminya, kebetulan istri almarhum masih dalam usia produktif yang di tanyakan apakah isteri almarhum dalam keadaan hamil atau tidak kotor, atau baru habis kena kotor. Pertanyaan kelima mengenai tanggung jawab nantuant, ngiringkant, anak-anak almarhum. Waris dua belah pihak masing-masing menangkupkan tangan diatas kepala anak-anak, tanda bersedia membantu pada saat di perlukan.

Kemudian diadakan adat “kalangkah tikar” oleh isteri almarhum berupaya uang katip di taruh diatas piring kecil, diterima oleh dua madi ”ene” (sepupu dua kaki) almarhum. Kalangkah tikar dikeluarkan oleh isteri almarhum yang masih berusia produktif, artinya mohon persetujuan ahli waris, jika ada suatu isteri almarhum mendapat jodih, asal saja perlu bermufakat dengan ahli waris almarhum terlebih dahulu, jika perjodohan itu masih dalam kurun waktu 3 tahn atau sebelum ngalapasatn tahutn. Kalau perjodohan itu tidak dimufakatkan dengan ahli waris, maka ia dapat dapat dikenakan adat “parangkat antu” atau parangkat mati. Akan tetapi walaupun telah mufakat dengan ahli waris almarhum, ia dapat dikenakan adat “pampalit ai” mata.

7. Adat Istiadat Malahi

Apabila simati meninggal “ningalatn tahutn” artinya masih dalam musim patahunan artinya dari batas mulai nugal padi hingga sebelum lepas panen, maka diadakan balahatn ditengah uma yaitu sebagai malaki’ (memberikan bagian padanya). Karna itu telah merupakan bagiannya dfipagar dengan bambu yang dibelahl, cukup diberi alat-alat ka’ uma seperti tarinak, topokng pamanih dsb.

8. Adat stiadat Muangi Tikar Kubu (Ngabu).

Upacara adat ini dilakukan setelah 3 hari ia dikuburkan, dimaksudkan agar roh almarhum tidak lagi mengingat-ngingat segala pakaian sudah diserahkan kepadanya(muangi/dibuang) adalah istilah yang juga agar roh almarhum tidak menganggu keluarganya yang masih hidup, mungkin karena dia (rohnya) dataang untuk meminta pakaiannya.

9. Adat Istiadat Basuayak (bnarapus).

Basuayak adalah suatu adat yang dilakukan 7 hari setelah ia meninggal. Maksudnya adalah untuk memisahkan roh almarhum dengan keluarganya yang masih hidup, agar rohnya tidak mempengaruhi, ngarere’ ataupun ngalimat keluarganya.

Hal ini dilakukan apabila ada tanda-tanda, ataupun perasaan bahwa rohnya masih “dirasakan” sering datang.

Hari ketujuh ini, jika digunakan untuk basuayak, bisa juga digunakan untuk berapus, yaitu suatu upacara adat yang diadakan apabila ada ngalapasatn tahutn tidak akan dilaksanakan, namun beban perasaannya tidak ada lagi.

10. Adat Istiadat Ngalapasatn Tahutn

Ngalapasatn tahutn upacara adat yang dilaksanakan setelah 3 tahutn almarhum meninggal. Bias juga dilakukan sebelum 3 tahutn ngalapasatn tahutn. Setelah itu pada masa-masa almarhum dengan keluarga sudah diangap habis (selesai).

11. Adat Istiadat Makam Panyugu

Walaupun hubungan roh sudah dianggap selesai setelah diadakan upacara adat ngalapasatn tahutn, namun ada pula semacam kebiasaan dalam masyarakat untuk tetap menghormati almarhum dengan mengadakan persembahan dikuburan (makam) almarhum.

Hal ini dilakukan karena mereka anggap penjelmanya sebagai biat pama yang dapat melindungi dan memberikan rejeki kepada anak cucunya. Mungkin saja selama hidupnya almarhum adalah seorang yang baik seorang pagalar ataupun dianggap seorang yang sangat bijaksana dan banyak ilmunya. Karena kuburan itu dibersihkan dan dihormati pada saat tertentu untuk persembahan / bapinta, makanya disebut makam panyugu.

1 komentar:

Philipus Nahaya mengatakan...

Thanks sudah POST Kan karya saya, tapi harap cantumkan sumbernya sebagai ucapan rasa terima kasih, dan saling menghargai karya masing-masing.

BY : http://www.diridayak.co.cc

PHILIPUS NAHAYA