Sabtu, 09 Juli 2011

Berasal dari Manakah Nenek Moyang Kita?

DI tanah air kita terdapat banyak fosil manusia purba. Sehingga, tanah air kita terkenal dalam penyelidikan manusia purba. Di Indonesia ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus, Meganthropus Paleojavanicus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.

Fosil-fosil itu bukanlah nenek moyang bangsa Indonesia yang sekarang, meskipun fosil-fosil tersebut terdapat di Indonesia. Kemungkinan keturunan manusia-manusia purba tersebut telah punah. Nenek moyang Indonesia sekarang adalah bangsa Melayu yang berdasarkan gelombang penyebaran ke nusantara terbagi menjadi dua golongan, yaitu Proto Melayu (Melayu Pertama) dan Deutero Melayu (Melayu Kedua). Mereka berasal dari ras Austronesia.

Di manakah tempat tinggal asal nenek moyang kita itu? Menurut para ahli sejarah, nenek moyang bangsa Indonesia itu pada kira-kira 5.000 tahun yang lalu, mula-mula bertempat tinggal di daerah sekitar hulu Sungai Mekhong dan Sungai Saluen (daerah Yunan, Cina Selatan), kemudian menyebar ke Vietnam, Laos, Campa, Kamboja, dan daerah sekitarnya di sepanjang pantai.

Mengapa mereka berpindah tempat dari daratan Asia Tenggara ke Indonesia? Desakan bangsa lain dari daerah di sebelah utara Yunan, membuat mereka menyeberangi lautan, pindah ke tempat baru, yaitu Indonesia. Perpindahan dan penyebaran nenek moyang kita ke Indonesia terjadi dalam beberapa gelombang selama beberapa ratus tahun.

Di zaman purbakala, perpindahan bangsa-bangsa bukanlah suatu hal yang aneh. Jika musim kemarau terlalu lama atau tanah untuk bercocok tanam sudah gersang sehingga bahaya kelaparan mengancam, berpindahlah kelompok-kelompok manusia itu mencari tempat yang lebih baik untuk hidup. Pada suatu ketika nenek moyang kita yang bertempat tinggal di daratan Asia Tenggara itu mendapat serangan-serangan dari bangsa-bangsa yang berpindah itu. Misalnya dari bangsa Cina di utara (kira-kira 2.000 tahun Sebelum Masehi) dan dari bangsa Tibet (kira-kira 1.000 tahun Sebelum Masehi).

Terhadap serangan-serangan itu, nenek moyang kita mempertahankan kampung halamannya dengan gigih. Ada desa-desa yang berhasil memukul mundur musuhnya. Akan tetapi, ada juga yang tidak dapat menahan serangan-serangan musuhnya itu karena musuhnya jauh lebih besar jumlahnya. Nenek moyang kita harus memilih satu di antara tiga hal, dibunuh oleh musuhnya, dijadikan budak, atau tetap merdeka tetapi harus mencari tanah air yang baru. Mereka yang ingin tetap hidup sebagai bangsa merdeka, dengan penuh keberanian mencari tanah air yang baru. Dengan hati yang pedih mereka terpaksa meninggalkan tanah airnya yang mereka cintai. Mereka tidak pergi sekaligus bersama-sama, melainkan gelombang demi gelombang selama beberapa ratus tahun.

Pergi ke mana mereka? Ada yang mengarungi Laut Cina Selatan menuju Filipina dan dari sana ke Sulawesi atau ke Taiwan dan Jepang Selatan. Ada yang pergi ke selatan menyusuri pantai Malaya. Sebagian menetap di Semenanjung Malaya. Sebagian berlayar terus ke Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan seterusnya. Dengan demikian, di antara mereka itu ada yang menemukan tanah air yang baru, yaitu Indonesia.

Sebelum kehadiran nenek moyang kita, di Indonesia telah berdiam bangsa yang termasuk bangsa Weda dan Negrito. Penduduk asli ini berbadan kecil, berambut keriting, dan berkulit kehitam-hitaman. Mereka hidup di kampung yang tersembunyi di dalam hutan-hutan pedalaman. Mereka sudah barang tentu merasa tidak senang tempat tinggalnya dan daerah perburuannya didatangi orang lain.

Pada perkelahian-perkelahian untuk mempertahankan daerah antara nenek moyang kita dan penduduk asli itu, nenek moyang kita pada umumnya selalu menang. Karena apa? Karena nenek moyang kita badannya lebih kuat, pengetahuannya lebih banyak, dan persenjataannya lebih baik.

Lambat laun terjadilah percampuran darah antara kedua bangsa itu. Penduduk asli yang tidak mau hidup bersama, menjauhkan diri dan menyingkir ke daerah-daerah terpencil di pedalaman. Sisa-sisa penduduk asli itu kini masih ada, misalnya orang Sakai di Siak dan orang Kubu di Sumatra Selatan.

Mula-mula nenek moyang kita bertempat tinggal di pesisir. Lambat laun mereka mendirikan kampung-kampung di pedalaman, membuka tanah untuk berladang dan bersawah. (Ferry G. Ferdiana, dari berbagai sumber) ***

Sumber : http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=46722

1 komentar:

Anonim mengatakan...

pret...paragraf bagian atasnya sudah bener, tp kenapa makin ke tengah n kebawah makin ngaco...
serangan dari bangsa china & tibet?
dul, bangsa tibet itu juga bangsa China, knp di beda2 in?
bingung kan....
krn pada dasarnya pada zaman kerajaan itu nama bangsa "china" emang kagak ada dul.
yg ada itu y bangsa tibet, bangsa han, bangsa mogol, dsb sesuai dgn nama kerajaan2 mereka di China.
China itu nama tempat yg sekarg ini qt sebut dengan China, yaitu RRC. karena smua kerajaan sdh di jadikan 1 pada zaman dulu itulah, makanya sekarang semuanya disebut bangsa China.
yg disebut bangsa "china" yg sekarang itu gabungan dari banyak sekali suku bangsa yg ada di tanah RRC, termasuk jg suku/bangsa han, mongol, hinghua, khe, minan, dsb, termasuk suku/bangsa Dayak yg sekarang jg ada di Indonesia, krn mereka jg aslinya org China & mmg asli org china, krn 1st mereka mmg brasal dr tanah China, jgn cm krn mereka ada di Indonesi, lahir & besar di Indonesia lalu gk d akui sbg 1bangsa China jg, krn pada dasarnya mereka mmg brasal dari sana hanya saja sebagian bermigrasi & menetap di Indonesia. sebagian besar dari suku/ bangsa/ keluarga mereka msh ada disana "china/RRC" s/d sekarang dul..
kl km bilangnya mereka diserang bangsa "China" yg jelas2 pd zamam di abad itu blm ada tuh nama, itu artinya km sdh jelas2 mau ngadu domba kami dul.
klo mau berita, jgn cmn ngutib doank, teliti n pelajari jg literatur sejarahny, jgn asal sebut, salah2 km malah km nanti yg ken getahnya. gk mau kan....^_^