Sabtu, 18 Juni 2011

Nikmatnya Nasi Malinau



Menginjakkan kaki di Desa Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, saya agak khawatir dengan selera makan. Suku Dayak terkenal dengan masakan olahan babi dan ikan sungai. Saya, sebagai muslim yang mencoba taat, tentunya tidak makan babi. Ikan sungai juga bukan bahan makanan yang biasa saya makan. Entah kenapa keluarga saya hanya makan ikan laut. Berakhirlah nafsu makan saya di makan malam pertama bersama keluarga Suku Dayak Kenyah. Di meja makan hanya dihidangkan babi, ikan sungai, dan telur. Padahal saya perlu asupan cukup sebelum trekking masuk ke hutan keesokan harinya.

Ibu Kole Ajang, nyonya rumah, mendadak bilang bahwa dia lupa menghidangkan nasi. Pergilah dia ke dapur dan kembali membawa bungkus-bungkusan nasi dalam daun. Sebungkus nasi dan telur sudah mendarat di piring makan saya. Saya sadar, nasi dibungkus bukan dengan daun pisang. Kata Ibu Kole, nasi dibungkus dengan daun keladi hutan. Saya semakin kehabisan kata-kata dan nafsu makan sirna seketika. Di Kalimantan, pantang menolak makanan. Istilahnya kepunan. Menolak makanan berarti mendatangkan bala. Jadilah saya mengumpulkan niat untuk menghabiskan nasi bungkus daun keladi.

Bungkusan daun saya buka. Yang saya lihat adalah nasi berwana putih bersih berkilau. Yang saya cium adalah wangi alam dan nasi hangat yang melambungkan nafsu makan ke abdomen atas. Yang saya lakukan adalah menyusupkan tangan, menyuap nasi ke dalam mulut dan terbelalak. Sungguh. Ini nasi paling enak yang pernah saya makan seumur hidup!

Ternyata beras Malinau sudah terkenal di Kalimantan. Tahun 2009 lalu produksi padi sawah dan ladang mencapai 26. 741 ton/ha. Pertanian di Kabupaten Malinau merupakan sektor ungulan karena daya dukung wilayah cukup besar. Dan ternyata saya bisa menikmati makan malam, menghabiskan dua bungkus nasi dan lima telur goreng. Benar-benar makan malam ternikmat. Salam Aku Cinta Indonesia!

Tidak ada komentar: