Panggil aja Adi"Dayak" agar tidak kehilangan indentitas di perantauan, senang berkenalan dengan siapa aja, silahkan dan ayo kita kenalan, tempat tinggal bisa di Kalimantan atau Sumatera, profesiku Petani,mendalami Adat & Budaya Dayak, suka dengan tantangan di alam bebas. Siapa yang mau ikutan, tempat masih terbuka lebar.
Kamis, 08 September 2011
Kamus Dayak Kanayant
Pala' : Botak. Kepala tanpa rambut, atau dengan rambut tapi tidak menutup seluruh kepala.
Baga : Bodoh. Tidak pintar.
Baga' : Mabuk asmara. Jatuh cinta.
Itulah contoh tiga kata yang ada di Kamus Bahasa Dayak Kanaytn yang dihimpun Mantan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Landak, Silverius Mulyadi.
Dengan susah payah dan perjuangan tidak kenal lelah, pensiunan PNS ini, akhirnya berhasil menyelesaikan kamus bahasa Dayak Kanaytn.
Rabu, 6 April 2011 lalu, menjadi hari paling bersejarah. Tidak saja bagi Silverius sendiri, namun juga bagi masyarakat Kalbar, khususnya etnis Dayak. Diiringi gerimis, kamus bahasa Dayak Kanayatn, akhirnya berhasil di-launching di Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak.
Hadir dalam momen bersejarah itu, Bupati Landak Adrianus Asia Sidot, Ketua DPRD Landak Heri Saman, sejumlah Kepala SKPD di lingkungan Pemkab Landak, jajaran Muspika Menjalin, pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Landak, Camat Menjalin, para Timanggong, Pasirah, Pangaraga, para pejabat adat, dan para undangan.
"Saya sangat senang. Dari sekitar 60-an buku yang saya sediakan. Semuanya bagai kacang goreng, ludes. Ini apresiasi yang luar biasa. Secara khusus saya persembahkan kamus ini untuk generasi muda Dayak Kanaytn, agar tidak melupakan ragam kosa kata Kanaytn," kata Mulyadi kepada Tribun Pontianak, Kamis (7/4) lalu.
Dewan Pakar DAD Landak ini menyebut, ada sekitar 20.000 kosa kata bahasa Dayak Kanayatn di dalam kamusnya. Kamus yang menurutnya masih jauh dari sempurna ini, ia godok selama 11 tahun, sejak 2000.
Meski membutuhkan satu dekade, namun Mulyadi tak putus semangat demi melestarikan warisan bahasa Kanayatn. Ia menjelaskan, dalam kamus, tak hanya berisi kosakata Kanayatn dalam percakapan, namun juga terdapat banyak penjelasan mengenai istilah ritual adat.
Rangkuman bahasa Kanayatn dalam kamus tersebut, ia rangkum dari berbagai daerah sebaran subsuku Dayak Kanayatn, seperti di Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, dan Kabupaten Kubu Raya (KKR).
Suami Margaretha ini mengatakan sebelum memutuskan untuk menulis kamus bahasa Dayak Kanayatn, ia mempelajari dulu tentang bahasa Dayak di Pulau Kalimantan. Menurutnya, bahasa Dayak di Kalimantan ada 400-an dari sekitar 400-an sub suku Dayak.
Di Kalbar sendiri terdapat 151 subu suku Dayak dengan 100 sub suku dengan 168 bahasa. "Kemajemukan bahasa ini adalah tumpukan harta karun budaya bangsa. Sekaligus menunjukkan aneka ragam keindahan, kearifan, keunikan tradisi, pengetahuan, dan teknologi. Ini adalah benteng pertahanan terakhir budaya masyarakat adat sendiri," papar Mulyadi.
Alumnus Seminari Nyarungkop ini menambahkan bahasa Dayak di Kalbar, relatif lebih baik dibandingkan bahasa daerah di dunia. Mulyadi menyebut bahasa Aborigin di Australia yang kini, tergerus bahasa Inggris dan nyaris tidak digunakan lagi.
"Namun demikian, bukan berarti bahasa Dayak luput dari tekanan, himpitan, tantangan, dari penggunaan bahasa Indonesia yang notabene jadi bahasa persatuan. Ia menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah, mulai SD hingga perguruan tinggi," bebernya.
Dominasi Bahasa Indonesia itu, menurut Mulyadi berimplikasi memarjinalkan bahasa daerah yang ada. Secara psikologis, anak-anak di daerah menilai Bahasa Indonesia adalah bahasa orang pintar, dan tidak jika menggunakan bahasa daerah.
"Mereka jadi imperior jika menggunakan Bahasa Dayak. Bahasa daerah ini kerap dianggap bahasa kampung, bahasa orang-orang tidak berpendidikan," ujar Mulyadi.
Himpitan keberadaan bahasa Dayak juga datang dari akulturasi kebudayaan dengan mekanisme kawin campur. Misalnya, warga Dayak menikah dengan warga dari sub suku Dayak lainnya. Dengan bahasa yang berbeda, maka pasangan ini cenderung tidak menggunakan bahasa daerah.
Bahasa daerah tidak dituturkan lagi kepada anak-anak mereka karena orangtua memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pengantar sehari-hari. Ditanya kenapa harus Kanayatn, Mulyadi menegaskan dibanding bahasa Dayak lain, bahasa Dayak Kanayatn sangat dominan.
Misalnya terdapat dan aktif digunakan di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Landak, kawasan pesisir, hingga daerah perkotaan.
"Bahasa Dayak Kanayatn juga mudah dimengerti karena ada serapan Bahasa Indonesia, Bahasa Asing, dan ilmiah. Karena itu, bahasa Kanayatn cukup dominan digunakan dalam percakapan maupun bahasa komunikasi di antara masyarakat Dayak," tutur Mulyadi.
Dia mengakui, kamus yang ditulisnya tersebut belumlah sempurna. Saat ini merupakan peluncuran edisi pertama, sambil terus melakukan revisi dan pengayaan materi. Rencananya, kata Mulyadi, kamus tersebut akan diterbitkan sampai tiga edisi.
"Harapan saya, kamus ini bisa mendokumentasikan agar khasanah Kanayatn jangan sampai punah di makan waktu," tegas Mulyadi. (hasyim ashari/dasanovi gultom)
Buah Cinta Istri dan Cucu
Silverius Mulyadi menuturkan membutuhkan waktu 11 tahun menyusun kamus, karena ia memiliki berbagai keterbatasan. Namun, keterbatasan itu mampu ia patahkan dengan semangat, kecintaan, dari sahabat dan orang-orang dekat yang mengerti apa yang sedang ia kerjakan.
"Saya mengerjakannya di waktu senggang. Semua berdikari. Tanpa dana dari mana-mana. Niat dan kecintaan kepada budayalah yang menuntun saya mengumpulkan kata demi kata," kata Mulyadi.
Kadang, untuk menambah kosakatanya, ia mendatangi narasumber satu persatu, door to door. Terutama mereka yang selama ini diyakini sebagai penuturnya. Mereka tersebar di Kabupaten Pontianak, Kubu Raya, dan Landak. Dari merekalah, lama-lama kata yang dihimpun bertambah banyak.
"Tidak hanya itu, kadang saya mendengar perakapan di atas opelet atau di warung-warung kecil. Lalu, kata-kata yang terlontar saya salin di kertas pembungkus rokok atau pinggiran koran agar saya tidak lupa. Itu kalau saya lupa bawa buku catatan. Sampai di rumah, baru saya salin ke buku catatan," ujarnya.
Meski jaman sudah canggih dan komputer sudah merambah ke desa-desa, namun ternyata Mulyadi tidak bisa menggunakan fasilitas tersebut karena tidak memilikinya. Di rumah ia hanya punya satu unit mesin tik merk Royal.
"Mesin tik punya sendiri. Sudah bonto (Tua.Red). Bersyukur, masih berfungsi meski tidak lagi 100 persen," kenangnya.
Beruntung, sahabat dan sanak keluarga kadang datang membantu. Terutama cucunya yang bekerja di Bank Central Asia (BCA) di Pontianak.
"Yang paling membantu, cucu saya, Anggrelia SE. Dia yang membantu mengurus pengetikan, mengedit, sampai menyusunnya. Ia juga yang membantu untuk biaya pengetikan sampai bisa menerbitkan kamus ini," ucap Mulyadi penuh syukur.
Selain, cucunya, istrinya Margaretha juga sangat membantu. Selama mengerjakan kamus, dan efektif mengetik sejak 2008, Margaretha tidak pernah mengeluh macam-macam atas apa yang ia lakukan.
"Istri tahu kesibukan saya menyiapkan kamus ini. Jadi, ia tidak banyak ini dan itu. Dia paham betul saya sedang menyusun kamus bahasa Dayak Kanayatn. Inilah bentuk bantuan istri saya," ujarnya tertawa kecil.
Yang membuatnya makin mantap menyelesaikan kamus, karena dukungan juga datang dari berbagai pihak. Ada tanggapan bagus dari Bupati Landak, semua tokoh adat, Pemkab, pemuda, dan masyarakat ilmiah. Jadi, kerja keras selama 11 tahun, terbayar sudah," imbuhnya.
Ia mengakui kalau kamus yang diterbitkan sendiri ini, masih prematur. Masih akan disempurnakan terus. Suatu saat, ia berencana akan mendaftarkan kamusnya sebagai Hak Astas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi pihak-pihak yang melakukan plagiat. (hasyim ashari)
Warisan Monumental
Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot, menyatakan keberadaan kamus bahasa Dayak Kanayatn merupakan upaya pelestarian bahasa maupun kearifan lokal untuk menghadapi era globalisasi yang telah memasuki setiap sendi kehidupan masyarakat Dayak.
Menurutnya, bahasa daerah atau bahasa ibu merupakan bagian dari jatidiri. Bila tak dilestarikan, niscaya budaya dan adat nenek moyang akan ikut luntur tanpa adanya pengetahuan tentang bahasa daerah.
"Adanya kamus bahasa dayak kanayatn, diperlukan dalam menghadapi globalisasi. Sekarang tak sedikit remaja dayak yang tak bisa bertutur bahasa dayak secara fasih," kata Bupati Adrianus Asia Sidot kepada Tribun, belum lama ini.
Terkikisnya kemampuan untuk menggunakan bahasa daerah, lanjutnya, karena pergaulan yang saat ini tanpa batas mengikuti perkembangan teknologi. Kamus bahasa dayak Kanayatn, sambung Adrianus, yang ditulis tersebut merupayakan karya monumental.
Ia mengharapkan peluncuran kamus, kelak tak hanya berfungsi secara harfiah untuk mencari kosakata Dayak Kanayatn, namun menggugah semua generasi Dayak Kanayatn untuk menghargai bahasa, budaya, adat, maupun kearifan yang telah diturunkan ratusan tahun.
"Karenanya, kamus bahasa kanayatn ini, saya lihat merupakan karya monumental. Apalagi sang penulis merupakan tokoh tua Dayak Kanayatn," tegas Bupati.
Pada saat peluncuran kamus, Bupati Landak juga menegaskan kamus ini merupakan sejarah berharga warga Dayak.
"Sejarah ini bukan berupa candi, tapi berupa buku yang akan digunakan sampai ke anak cucu kita. Apalagi kamus bahasa Dayak Kanayatn ini mempunyai nilai yang teramat tinggi. Harus diingat juga bahwa tidak semua orang bisa menulis buku, apalagi ini kamus Bahasa Dayak Kanayatn," ujar Adrianus dengan logat bahasa Dayak Kanayatn.
Menurutnya, dalam menyusun kamus ini, bukan hanya kecerdasan yang diperlukan. Namun juga keberanian, ketekunan, ketelatenan, dan kesabaran.
"Jadi kita harus sabar menghimpun kata demi kata untuk membuat kamus ini. Apalagi satu kata yang ada di kamus tersebut, dibongkar sampai ke dalam-dalamnya," paparnya.
Bupati menegaskan, Silverius Mulyadi sudah memulainya. Selanjutnya menjadi tugas bersama untuk mewariskan kamus Bahasa Dayak Kanayatn ini kepada anak cucu. Kepada lembaga- lembaga Dayak di Kalbar, silakan mengembangkan kamus Dayak yang sudah disusun ini.
Memang akan membutuhkan keahlian, pendanaan, peralatan, penelitian dan sebagainya.(dasanovi gultom)
Memperkaya Khasanah
Dekan FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, DR Aswandi, menilai bahasa ibu, dalam hal ini, bahasa Dayak Kanayatn, termasuk juga bahasa daerah lainnya, memang harus dipelihara. Jika tidak, ia bisa hilang. Maka, ia harus dipelajari, diteliti, dan digunakan.
"Kalau ada yang membuat kamus, ini bentuk uapaya agar bahasa ibu ini tidak mati. Dalam aktivitas sehari-hari, bahasa ibu menjadi bahasa pengantar dan penyampai pesan paling efektif di rumah," kata Aswandi kepada Tribun Pontianak.
Karena itu, ia menjadi alat komunikasi, transformasi pemikiran, sekaligus budaya turun temurun. Secara psikologis, penggunaannya akan sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Pada kelas-kelas rendah, seperti taman kanak-kanak, atau maksimal hingga kelas 3 SD, saya pikir, penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar akan sangat disenangi anak-anak.
Sebaliknya, jika ternyata di sekolah saat ini lebih banyak memanfaatkan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa pengantar pendidikan, jangan dimaknai akan menggerus keberadaan bahasa ibu. Malah sebaliknya, ia akan semakin memperkaya khasanah bahasa daerah.
Seperti diketahui, bahasa Indonesia juga merupakan bahasa serapan. Baik, dari bahasa Asing maupun bahasa daerah.
Saat ini, memang sangat dianjurkan untuk membuat berbagai kamus bahasa daerah. Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas memiliki sejumlah kamus bahasa daerah.
"Saya sendiri punya tiga kamus Bahasa Melayu. Karena itu, keberadaan kamus Bahasa Dayak Kanayatn yang diluncurkan April lalu ini, diharapkan makin memperkaya kahasanah budaya.
Apalagi FKIP saat ini sangat sedang mengembangkan sastra daerah," tegasnya.
Aswandi mengaku FKIP Untan sangat terbuka untuk menjalin kerjasama, termasuk dengan penyusun Kamus Bahasa Dayak Kanayatn. FKIP siap mendukung dan bekerjasama. (hasyim ashari)
Biofile
Nama : Silverius Mulyadi
TTL : Karangan, 12 Juli 1940
Pendidikan : SLTA Seminari Menengah Nyarungkop
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Istri : Margaretha
Anak : Cristina Rismiwati Spd
Martalinda SE
Vicensius B
Heri Mulyadi SH
Alamat : Jl Raya Menjalin Hulu Nomor 04, RT01/RW01, Dusun Menjalin Hulu, Kabupaten Landak
Jabatan : Mantan Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Landak
Mantan Wakil Ketua DPRD Landak
Kontak : 081256297560
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
sangat menarik untuk dibaca, mudah-mudahan adat istiadat dari suku tradisional indonesia tidak akan lenyap.
Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan kamus bahasa dayak kanayan ? saya ingin mempelajarinya.
M. Faizal
Posting Komentar