Kamis, 08 September 2011

Rumah Betang di Saham-Pahauman-Landak


Pada Hari Minggu tgl. 21 Agustus 2011, disore hari ingin mengunjungi Antonius Toton teman sekals ketika masih di SMA Nyarumkop, tapi apa lajur, beliau belum pulang dari Sidas karena masih antri membeli BBM. Saat itu saya dan Yohansen ( Anak Angkat) meilih menuju ke Tumah Betang Saham saja, dimana Rumah Betang ini adalah tempat Bupati Adrianus AS dibesarkan.

Saham Long House atau Rumah Betang Saham adalah rumah adat suku Dayak Kanayan yang berbentuk rumah panggung dengan ketinggian 3 meter dan memanjang ke samping hingga lebih kurang 200 meter. Rumah Betang Saham terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak yang tidak jauh dari jalan raya Pontianak-Kuching. Menurut penuturan salah satu penghuni yang bernama bapak Paulus Ngidar, rumah Betang ini sudah ada bahkan saat gunung Krakatau meletus tahun 1883. Bila penuturan beliau ini benar maka usia rumah ini lebih dari 127 tahun, terpaut 40 tahun dari usia bapak Paulus Ngidar saat ini.

Pada awalnya saya bingung bagaimana caranya membuat rumah sepanjang ini, namun akhirnya rahasia itu terungkap. Pada awal pembuatannya Rumah Saham ini hanya terdiri dari 3 bilik sepanjang 18 meter. Seiring dengan bertambahnya anggota keluarga dibuatlah bilik baru yang menyatu dengan bilik sebelumnya. Hingga saat ini ada 34 bilik menyatu bersama membentuk satu rumah dengan panjang ratusan meter. Inilah salah satu rahasia dibalik Rumah Betang Saham. Rahasia berikutnya adalah resep tahan lama.

Pada saat mengetahui bahwa rumah ini berusia ratusan tahun,pertanyaan yang terbersit di kepala saya adalah 'kok bisa?'. Ternyata rahasianya ada pada bahan dasar rumah ini,yakni berupa kayu belian atau kayu Ulin. Kayu yang dikenal dengan nama lain kayu besi ini memang merupakan jenis kayu yang sangat kuat dan awet. Kayu ini tahan terhadap serangan rayap dan hama, perubahan suhu dan kelembapan, bahkan tahan terhadap rendaman air tawar dan air asin.Itu adalah ebuah kayu yang sangat luar biasa dan merupakan kayu langka yang hanya terdapat di beberapa hutan di Kalimantan.

Karena kekerasannya kayu ini sangat sulit untuk dibentuk. Lalu bagaimana caranya orang Dayak pada masa itu membuat rumah ini? Dengan hanya menggunakan kapak batu, kayu Ulin dibentuk. Itulah mengapa tiang-tiang penyangga rumah ini tidak rata. Sebuah cara yang memang sesuai dengan perkembangan kebudayaan suku Dayak masa itu. Hal ini sekali lagi menimbulkan kekaguman pada diri saya kepada mereka. Masih banyak hal mengagumkan lain dari rumah paling tua di Pontianak ini, rekan saya akan menuliskan untuk memuaskan rasa penasaran anda semua. Selamat menikmati

1 komentar:

DIUS PANSER mengatakan...

Ahe ,kbr dirik yunkg , slm kenal boh mantap pos nya .ame lupa mampir ka tampat ku .