Sabtu, 18 Juni 2011

Tempoyak, masakan lezat berbahan durian


Tempoyak, masakan lezat berbahan durian Tempoyak adalah bumbu masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Dapat dimakan langsung, menjadi bumbu masakan atau bisa juga menjadi teman nasi. Di Indonesia, tempoyak ini dijumpai di Sumatera dan Kalimantan, biasanya di buat oleh orang-orang Melayu dan juga Dayak. Di Malaysia, tempoyak banyak dijumpai dan biasa menjadi bahan masakan pelengkap seperti sambal. Dulu ketika masih kost, temanku yang orang Dayak Kalbar pulang dari kampungnya membawa tempoyak di botol aqua, bau durian agak asem. Rasanya enak, manis agak asem dan agak asin. Kalau digoreng, mengeluarkan bau harum sekali. Bagi yang alergi bau durian, mungkin ini akan menyiksanya. Cara membuat Siapkan daging durian bisa durian lokal atau bisa juga menggunakan durian monthong namun kurang bagus karena terlalu banyak gas dan air. Pilih durian yang sudah masak benar, biasanya yang sudah nampak berair. Pisahkan daging dari biji. Beri garam sedikit. Bisa ditambah cabe rawit yang bisa mempercepat proses fermentasi. Namun proses fermentasi tidak bisa terlalu lama karena akan mempengaruhi rasa akhir. Simpan dalam tempat yang tertutup rapat. Usahakan disimpan dalam suhu ruangan. Bisa juga dimasukkan ke dalam kulkas (bukan freezernya) namun fermentasi akan berjalan lebih lambat. Tempoyak yang berumur 3-5 hari cocok untuk dibuat sambal karena sudah masam namun masih ada rasa manis di sana.

Sambal tempoyak

Bahan-bahan :

– Tempoyak

- Bawang merah, haluskan

– cabe merah, haluskan

– Gula pasir – Garam

– Tomat merah

- Minyak goreng untuk menumis

- Teri basah (optional)

Cara membuat:

– Tumis bumbu halus (bawang merah dan cabe merah) sampe harum.

– Masukkan tomat, aduk sampe layu. masukkan teri basah. aduk rata.

– Masukkan garam dan gula pasir. aduk rata.

– Masukkan tempoyak. aduk rata sampai masak (biasanya meletup letup dan wangi).

- Angkat dan sajikan.

Gulai Tempoyak Ikan Tenggiri

Bahan-bahan:

2 ons tempoyak

2,5 ons daging ikan tenggiri

Cabe

Bumbu untuk membuat gulai lengkap

Santan kelapa

Cara membuat:

Bumbu gulai digiling halus

Santan kelapa dimasak hingga mendidih

Masukkan bumbu2 halus tadi, daging ikan dan tempoyak Masak hingga matang, Angkat dan hidangkan

Sambal Tempoyak Udang Petai

Bahan-Bahan:

1 mangkuk tempoyak

1 mangkuk udang basah

1 mangkuk santan

1 mangkuk air

1 mangkuk petai buang kulitnya

20 biji cabe merah besar

1 potong kunyit

5 helai daun kunyit – diiris

Sebiji bawang besar diiris

Sedikit garam

Cara membuat:

Cabe merah dan kunyit ditumbuk hingga halus Masukkan ke dalam kuali bersama tempoyak, santan dan air. Masakkan hingga mendidih. aduk rata Masukkan udang, petai dan bawang. Masukkan garam dan masak hingga agak pekat. Aduk selalu agar masak merata Angkat dan siap dihidangkan

Pepes Tempoyak Ikan Patin

Bahan:

1 ekor ikan patin segar, bersihkan (kalo bisa yang masih hidup), belah 2 bagian

2 btg serai dipekprek

2 lbr daun salam 6 cm

laos, dipekprek bagi 2

4 lbr daun pisang utk pembungkus ( 1 bagian ikan dibungkus 2 lembar)

4 bh tusuk sate kecil / lidi (untuk penyemat)

Tempoyak secukupnya

Bahan untuk dihaluskan :

10 bh cabe merah + 5 bh cabe rawit 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 6 btr bwg merah 1 btr bwg putih Garam, gula, boleh ditambah penyedap rasa sedikit saja

Cara membuat:

– Haluskan bahan-bahan di atas, lalu ambil sedikit tempoyak yg sudah jadi, campurkan dengan bumbu halus itu.

– Cicipi, sudah pas atau tidak, manis dan asinnya (pasti asamnya sudah pas karena dari tempoyaknya)

– Ambil 2 lembar daun utk membungkus taruh bumbu halus, lalu taruh 1 bagian ikan, lumuri lagi ikan dengan bumbu, beri 1 btg serai, 1 lbr salam, lalu bungkus dan sematkan lidi.

– Lakukan yg sama dengan 1 bgn ikan yg lain, jadi bumbu halusnya dibagi 2 saja.

– Diamkan semalaman di kulkas, besoknya, dikukus sampai matang +/- 20 menit, api sedang, lalu taruh di teflon,

panggang sebentar saja, agar kering, siap dihidangkan.

Selamat mencoba

Masak Ikan Patin Tempoyak (ala malaysia)

Bahan-bahan:

Satu ekor ikan patin, ukuran sedang

2 ruas kunyit, ditumbuk halus

6 biji bawang merah, ditumbuk halus

15 biji cabe rawit, ditumbuk halus

2 senduk tempoyak

1 biji timun cina, dipotong dadu

2 ikat daun kesum

2 ikat bunga kantan sedikit asam keping

3 cawan air atau tergantung selera

garam secukupnya

gula secukupnya

Cara membuat:

– Ikan disiang dan dilumuri dengan asam jawa & jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis ikan selama 1 jam. – Kunyit, bawang merah dan cabe rawit ditumbuk halus dan dicampurkan dengan tempoyak, aduk rata.

– Masukkan ke dalam kuali yang sudah diisi air, aduk hingga rata.

– Masukkan asam keping,

– Masak di atas api selama 3 menit, lalu masukkan ikan yang terlebih dahulu dibersihkan

- Masukkan bunga kantan, daun kesum dan timun cina dan garam,

- Kalau terlalu pedas, dapat ditambahkan gula sedikit.

(untuk 4 org makan)

Sambal Udang Tempoyak Durian

Bahan:

20 buah udang ukuran sedang dibersihkan

2 sendok sayur cabe yang sudah dihaluskan

2 sdm Tempoyak Duren

6 buah cabe rawit utuh

3 siung bawang Putih haluskan

1 sdm gula putih Minyak secukupnya

Garam secukupnya

Cara membuat:

– Campur bawang putih yang sudah digiling dg cabe halus,

– Goreng udang sampai berubah warna dan angkat,

– Masukkan bawang putih yg sudah tercampur dg cabe di minyak sisa penggorengan Udang,

- Masukkan udang, tempoyak, gula dan garam.

- Masak hingga matang, agak pekat

- Angkat dan siap dihidangkan

Sambal Tempoyak (Masakan Tradisonal Bengkulu)

Bahan:

* Tempoyak 200 gram

* 5 butir bawang merah

* 2 cm kunyit

* 2 cm lengkuas

* 1 tangkai serai, dimemarkan

* 250 gram udang, kerat punggungnya

* 500 ml santan

* 1/2 sendok teh garam

* 1/4 sendok teh gula

Cara membuat : – Haluskan bawang merah, kunyit, dan lengkuas lalu aduk dengan bahan lainnya

- Didihkan sampai matang

Ayam Masak Tempoyak (ala malaysia)

Bahan-bahan:

½ ekor ayam

3biji bawang merah

4 sudu besar tempoyak

½ inci kunyit

10 biji cabe rawit

Garam secukupnya

Sehelai daun kunyit

Penyedap rasa secukupnya

Cara membuat:

– Potong ayam, bersihkan dan rebus selama 10 menit

- Kisar bawang, tempoyak, kunyit dan cili api,

– Apabila ayam sudah empuk, masukkan bahan yg telah dikisar.

– Masukan garam dan daun kunyit, biarkan pekat dan bolehlah dihidang.

Sambal Tempoyak Ikan Bilis

Bahan:

100g ikan bilis

3 sendok tempoyak

2 sendok minyak goreng

Garam secukupnya

Bahan sambal:

10 buah cabe rawit

2 sendok saus cabe

2cm potong kunyit,haluskan

2 tangkai lemon grass, hancurkan

2 sendok santan kelapa

10 biji petai dibuang kulitnya

Cara membuat:

- Buang kepala dan isi perut ikan bilis, cuci dan rendam 10 menit

- Goreng hingga agak kering

- Campurkan 2 sendok tempoyak, santan dan semua bahan sambal.

– Tumis bahan sambal, tambahkan lemon grass sampai harum

- Masukkan sisa tempoyak (yang 1 sendok lagi), masak sampai mendidih dan agak pekat.

- Boleh ditambahkan garam atau penyedap rasa secukupnya

– Hidangkan bersama ikan bilis yang telah digoreng kering

Ikan Bakar Tempoyak

Bahan-Bahan:

5 Ekor Ikan Kembung

7 biji cabe rawit

3 biji bawang merah

1 biji bawang putih

Garam secukupnya

Serbuk kunyit secukupnya

2 sendok besar tempoyak (atau secukupnya)

5 helai daun kunyit

1 helai daun pisang

Cara membuat:

Cabe rawit,bawang merah,bawang putih ditumbuk halus.Campurkan garam, serbuk kunyit dan tempoyak aduk atau ulek sampai rata. Letakkan ikan di atas sehelai daun kunyit, oleskan bahan yang sudah dihaluskan tadi secara merata pada ikan, lalu gulung. Letakkan gulungan ikan ke atas bara api, alasi dengan daun pisang. Bakar sampai matang

Catatan: Boleh juga membakar ikan tadi di dalam kertas alumunium atau dalam microwave.

Daun Singkong Masak Tempoyak

Bahan-Bahan:

5 ikat pucuk singkong (direbus dan dipotong-potong)

130 gm udang basah yang telah dibersihkan

2 liter santan

100 gm tempoyak

2 helai daun kunyit (dihiris halus)

Garam & penyedap rasa secukupnya

Bahan-bahan dihaluskan: 40 gram bawang merah 25 gram kunyit 1 ikat serai, dimemarkan 10 gram cabe rawit Cara membuat: Masukkan semua bahan-bahan di dalam panci kemudian jerangkan di atas api yang sedang sambil diaduk hingga mendidih dan pekat.

Ikan Betutu Masak Tempoyak

Bahan-Bahan:

Seekor ikan betutu – ukuran sedang

60 gram tempoyak

4siung bawang putih – diiris

2 siung bawang besar – diiris

1 buah tomat – di potong jadi empat

2 biji cabe merah – dibelah dua

1 batang serai – dimemarkan

1 keping asam keping

1 sudu serbuk kunyit

6 biji cili padi – ditumbuk

½ biji kelapa – diambil santannya

Garam dan gula secukupnya

Cara:

Tumis bawang putih dan bawang besar yang telah dikisar sehingga garing. Masukkan air dan biarkan mendidih. Masukkan serai, asam keping, tempoyak, tomato, cili merah, santan, garam dan gula secukupnya dan biarkan beberapa menit. Masukkan ikan dan kecilkan api. Masak hingga matang. Setelah ikan masak, angkat untuk dihidangkan.

Tempoyak Jantung Pisang

Bahan-Bahan:

1 biji jantung pisang, ukuran sedang, iris tipis

3 helai daun kunyit – diiris

1 mangkuk santan kental

1 mangkuk tempoyak

Garam secukupnya

Gula secukupnya (jika dirasa terlalu masam akibat tempoyak atau terlalu pedas)

Bahan untuk haluskan:

10 biji cabe rawit

1 batang xabe merah

5 siung bawang merah

3 siung bawang putih

½ inci kunyit

1 batang serai, dimemarkan

Cara membuat:

Masukkan bahan yang telah dihaluskan dan santan kedalam kuali / panci – didihkan. Masukkan tempoyak, aduk rata. Masukkan jantung pisang dan garam. Aduk dan biarkan hingga kental. ==============

Pepes Ikan Mas Tempoyak

Bahan

1 ekor ikan mas

3 sendok makan santan kental

Daun pisang untuk pembungkus

1 ons tempoyak Bumbu

20 buah cabe rawit

10 buah cabe merah

1 ruas jari kunyit

1 batang serai Daun salam,

daun kunyit secukupnya

Garam dan bumbu penyedap secukupnya

Cara membuat – Bersihkan ikan, cuci lalu ditiriskan. – Kunyit, serai, cabe merah, cabe rawit digiling halus Lalu campurkan dengan tempoyak, santan kental, bumbu penyedap, daun kunyit dan daun salam. – Campurkan ikan dengan bumbu-bumbu tersebut lalu bungkus dengan daun pisang – Bakar dengan api arang sampai matang – Keluarkan dari daun, dihidangkan dengan piring ceper.

#dari berbagai sumber di internet

Nikmatnya Nasi Malinau



Menginjakkan kaki di Desa Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, saya agak khawatir dengan selera makan. Suku Dayak terkenal dengan masakan olahan babi dan ikan sungai. Saya, sebagai muslim yang mencoba taat, tentunya tidak makan babi. Ikan sungai juga bukan bahan makanan yang biasa saya makan. Entah kenapa keluarga saya hanya makan ikan laut. Berakhirlah nafsu makan saya di makan malam pertama bersama keluarga Suku Dayak Kenyah. Di meja makan hanya dihidangkan babi, ikan sungai, dan telur. Padahal saya perlu asupan cukup sebelum trekking masuk ke hutan keesokan harinya.

Ibu Kole Ajang, nyonya rumah, mendadak bilang bahwa dia lupa menghidangkan nasi. Pergilah dia ke dapur dan kembali membawa bungkus-bungkusan nasi dalam daun. Sebungkus nasi dan telur sudah mendarat di piring makan saya. Saya sadar, nasi dibungkus bukan dengan daun pisang. Kata Ibu Kole, nasi dibungkus dengan daun keladi hutan. Saya semakin kehabisan kata-kata dan nafsu makan sirna seketika. Di Kalimantan, pantang menolak makanan. Istilahnya kepunan. Menolak makanan berarti mendatangkan bala. Jadilah saya mengumpulkan niat untuk menghabiskan nasi bungkus daun keladi.

Bungkusan daun saya buka. Yang saya lihat adalah nasi berwana putih bersih berkilau. Yang saya cium adalah wangi alam dan nasi hangat yang melambungkan nafsu makan ke abdomen atas. Yang saya lakukan adalah menyusupkan tangan, menyuap nasi ke dalam mulut dan terbelalak. Sungguh. Ini nasi paling enak yang pernah saya makan seumur hidup!

Ternyata beras Malinau sudah terkenal di Kalimantan. Tahun 2009 lalu produksi padi sawah dan ladang mencapai 26. 741 ton/ha. Pertanian di Kabupaten Malinau merupakan sektor ungulan karena daya dukung wilayah cukup besar. Dan ternyata saya bisa menikmati makan malam, menghabiskan dua bungkus nasi dan lima telur goreng. Benar-benar makan malam ternikmat. Salam Aku Cinta Indonesia!

Manisnya Sayur Singkang

TEMPO Interaktif, Jakarta: Nama sayuran ini mungkin asing di telinga Anda. Namun, bagi warga suku Dayak, sayur singkang adalah masakan favorit yang wajib dihidangkan di setiap acara, seperti pesta perkawinan, acara kematian, atau syukuran.

Sementara di Jawa ada sayur rebung yang terbuat dari inti (bonggol) bambu, nah, sayur singkang ini juga sama-sama dari bonggol, tapi bonggol pohon kelapa. Bentuk dan warnanya mirip, yakni putih. Bedanya, sayuran ini jauh lebih manis.

Irit Netty, staf Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, menjelaskan, bagi warga suku Dayak seperti dirinya, sayur singkang ini sudah dikenal sejak dulu. Mereka juga suka sayuran ini dalam kondisi mentah yang disantap dengan sambal.

Dulu masyarakat Dayak selalu menanam 2-3 pohon kelapa di halaman rumahnya. Fungsi kelapa, selain diambil buahnya, bila ada upacara kematian atau perkawinan akan ditebang 1-2 batang pohon kelapa untuk diambil intinya yang berada di bagian akar.

"Cukup menebang pohon sendiri dan mengolahnya menjadi sayuran untuk disuguhkan buat para tamu. Jadi, artinya, suku Dayak zaman dulu tidak ingin membebani orang lain bila ada hajatan karena cukup mengambil hasil dari kebun sendiri," ujar Irit Netty, yang berasal dari suku Dayak Ngaju.

Proses memasaknya sangat mudah dan cepat. Bagi orang Dayak, sayur ini hanya direbus kemudian diberi bumbu seperti layaknya sayur sop dan kemudian dicampur dengan ikan atau daging sesuai dengan selera.

"Biasanya kalau yang Kristen akan memasukkan daging babi. Namun, karena sekarang ini masyarakat Dayak sudah terdiri dari berbagi agama, agar sayuran ini biasa dinikmati semua kalangan, dicampur dengan daging ayam atau tulangan sapi," ujarnya, Rabu lalu. Alhasil, di bulan Ramadan, sayuran ini sering tersaji di keluarga muslim.

Sementara itu, Rita, rekan kerja Netty, mengungkapkan saat ini sayur singkang tak hanya diambil dari pohon kelapa biasa, tapi juga dari kelapa sawit. Bedanya, singkang dari kelapa sawit tidak begitu manis.

Selain itu, seiring masuknya berbagi suku ke Kalimantan Tengah, sayuran ini juga mengalami modernisasi. Dulu tanpa santan. Oleh suku Banjar, sayuran ini dimodifikasi dengan dicampur santan, waluh kuning, dan diberi kepala ikan. Rasanya lebih bervariasi dan biasanya pedas. "Kami orang Dayak bangga ternyata sayuran khas ini banyak yang suka, termasuk dari suku lain. Apalagi kini gampang dijumpai di restoran-restoran, seperti di Palangkaraya," Rita menambahkan.

Mengenal keragaman sayuran Khas Dayak (seri I)


Umbut/Uwut




Berbicara tentang sayuran khas Dayak , dalam hal ini adalah Dayak Maanyan (dayak lain setali 3 uang), maka yang pertama dibicarakan adalah sayur umbut , dalam bahasa Maanyan disebut “uwut”.

Uwut adalah bagian yang lunak dan muda dari batang palmae atau rotan, atau dari tumbuhan perdu sejenis jahe jahean. Umbut dahulu dikenal masyarakat dayak karena mudah memperolehnya, sebab tidak perlu di tanam, hanya mengambil yang tersedia di hutan. Ada beberapa jenis Uwut yang sering di Konsumsi masyarakat Dayak Maanyan

  1. Uwut dari jenis Palmae : terdiri dari uwut sawit, uwut kelapa, uwut rumbia, uwut pinang, uwut wulang, uwut damuran. Uwut uwut dari golongan palmae ini biasanya cara memasaknya di campur dengan daging, tulang atau ayam, dengan bumbu kuning atau merah, kadang kadang di kasih santan juga.

Uwut sawit (kelapa sawit) adalah uwut yang paling terkenal dan hampir dikenal berbagai suku bangsa di Indonesia, uwut ini biasanya jadi sayur pada acara acara besar seperti syukuran, pernikahan, dan acara lainnya

Uwut Kelapa/uwut Nyiui hampir sama dengan uwut sawit, tapi seratnya lebih halus dan rasanya lebih manis, paling enak di masak dengan ayam kampung dengan bumbu kuning atau opor dan diberi santan. Uwut ini jarang diperoleh, karena siempunya pohon kelapa terlanjur sayang dengan pohon kelapanya kalau diambil umbutnya,kelapa pasti mati dan tidak akan berbuah lagi. Seringkali uwut kelapa ini di ambil pada acara acara insidental, misalnya pada saat orang meninggal dunia.

Uwut Rumbia atau biasa disebut uwut amiye’, adalah uwut yang diambil dari pohon rumbia. Uwut ini seratnya agak kasar, dan bergetah, jadi harus lebih hati hati dan bersih dalam pengolahannya. Dayak Maanyan mengenal 2 jenis rumbia, yaitu rumbia/amiye sagu yaitu rumbia yang habitusnya besar, dan tujuannya penananamnya adalah untuk mendapatkan sagu, jenis kedua adalah rumbia/amiye dariyangau, jenis rumbia kecil, dan tidak bisa menjulang tinggi, karena batangnya biasa melingkar. Rumbia ini ditanam untuk diambil umbutnya dan daunnya yang akan diolah menjadi atap.

Uwut Wulang adalah uwut yang diambil dari sejenis palmae yang cukup tinggi, yang hidup di daerah hutan dataran tinggi atau hutan dipterocarpacea, sepengatahuan saya jenis palmae ini hidup di hutan dipterokarpae (hutan yang didominasi oleh kayu dari Fam Dipterocarpaceae, atau jenis meranti) di Kalimantan. Uwut ini rasanya persis uwut kelapa, juga enak dibuat sayur bening.

Uwut damuran adalah uwut yang didapat dari sejenis salak hutan yang tumbuh di rawa rawa non gambut di Kalimantan, uwut ini sangat susah mengambilnya karena duri duri damuran sangat panjang, tajam dan berbahaya. Namun hasilnya sebanding dengan perjuangan, umbutnya enaknya luar biasa.

2.Dari Jenis Rotan

Umbut Rotan merupakan kekayaan bersama semua sun suku Dayak, oleh karena itu saya hanya menyampaikan yang dikenal masyarakat dayak Maanyan saja

Masyarakat tradisional dayak Maanyan mengenal bebarapa jenis Umbut Rotan atau uwut (saja), yiatu uwut nange, uwut sakulu, uwut gamis, dan uwut manau, uwut Ra’anan (kalau dayak Ngaju daftar uwut rotannya 3 kali lebih panjang)

Semua jenis uwut ini merupakan bagian yang muda dan lunak (bakal batang rotan yang belum keras) yang terdapat pada bagian dekat pucuk dari berbagai jenis rotan.

Uwut Nange atau rotan merah merupakan uwut yang paling terkenal, rotan ini memang ditakdirkan untuk diambil umbutnya(uwutnya) karena batang rotannya tidak komersil. Rotan ini tumbuh berbentuk rumpun di daerah yang berawa atau dataran rendah yang selalu basah atau dipinggiran sungai. Uwut ini bisa dimasak dengan bumbu minimalis (bahasa dayak Ngaju di juhu, atau bahasa maanyan na papahak) dicampur dengan (maaf) Babi tau Babi hutan, namun bisa juga di masak dengan bumbu kuning dengan campuran tulang kambing, tulang sapi, tulang babi, atau tulang rusa (asal jangan Tulang Batak aja ha ha ha). Namun enak juga dimasak dengan campuran ikan sungai (bukan ikan budidaya atau ikan laut). Di beberapa tempat/desa umbut ini diiris miring tipis lalu dioseng dengan terasi atau ebi, enak sekali.

Uwut Sakulu, merupakan jenis umbut yang rasanya pahit, namun sangat disukai masyarakat Dayak Maanyan, semua Dayak di Kasel dan Kaltim. Sakulu jenis rotan yang batangnya non komersil biasanya tumbuh di tanah kering. Ada dua jenis sakulu, yang pertama sakulu Kutuan adalah sakulu yang tumbuh subur di hutan hutan, batangnya lebih besar dan rasanya lebih pahit, yang kedua adalah sakulu lasi, adalah sakulu yang tumbuh di areal yang masih mengalami suksesi untuk menjadi hutan sekunder, sakulu jenis ini biasanya pendek dan terpapar sinar matahari langsug akibat karena tidak ada kayu besar di sekitarnya. Umbut sakulu ini rasanya jauh lebih enak, dan biasanya di makan mentah (seperti Lalapan orang Sunda). Uwut sakulu selain bisa di oseng seperti uwut nange, juga sangat enak dimasak dengan wadi, baik wadi daging (maaf lagi..) Babi maupun wadi ikan.

Uwut Gamis adalah jenis uwut yang diambil dari rotan yang kecil, buah rotan ini sangat enak di makan, berwarna kuning, dan dagingnya seperti lendir (he he he). Rasanya sangat manis, enak di makan sebagai lalapan dengan sambal atau wadi (lagi lagi)

Uwut manau dan ra’anan adalah jenis uwut yang diambil dari rotan jenis manau dan ra’anan, rotan jenis ini adalah rotan yang komersil dan laku dijual sebagai bahan baku pembuatan lemari kursi bahkan tempat tidur, hanya saja rasa uwutnya kurang enak di bandingkan dengan jenis lain

3.Uwut tumbuhan perdu (jahe jahean)

Masyarakat dayak Maanyan hanya mengenal 2 jenis yaitu umbut lauah atau lengkuas dan uwut pu,ai (sejenis jahe jahean hutan yang besar dan panjang). Umbut didapatkan dari bagian lunak dalam batang muda jenis jahe jahean ini. Biasanya di sayur sendiri, walaupun sering juga di campur dengan ikan air tawar. Sementara Dayak Ngaju jauh lebih kaya dengan jenis jenis umbut jahe jahean, yang paling fonemenal adalah jenis jahe2an yang saya lupa namanya (mirip lengkuas, ada yang berdaun merah maupun hijau), yang umbutnya diambil, lalu di haluskan mentah dengan daging ikan yang sudah dipanggang atau digoreng, baunya sangat khas dan harum, dan konon bagi penggemarnya, hidangan ini bikin yang makan tidak sadar akan kehadiran mertua lagi yang lalu lalang sambil ngomel, saking enaknya (makanya saya bilang fonemenal he he

Saudara Pembaca, silakandi tambahkan…

Mengenal Berbagai jenis Sambal Khas Dayak Maanyan

Sambal merupakan hidangan pelengkap yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Kalau suku Jawa mengindentifikasi sambal adalah hidangan pelengkap dengan rasa pedas, maka suku Dayak terutama Dayak Maanyan secara umum mengidentifikasi bahwa rasa sambal adalah perpaduan serasi antara rasa pedas dan asam dengan aroma terasi. Oleh karena itu bahan dasar pembuatan sambal bagi orang Dayak Maanyan selain Lombok /cabe, bawang dan terasi juga berbagai bahan yang mempunyai rasa asam. Masyarakat Dayak Maanyan Benua Lima menyebut “sambal” bila berbentuk padat, namun bila berkuah cair, sambal tersebut disebut “pansuk”.

Berikut ini beberapa jenis sambal khas Dayak Maanyan ( sangat mungkin jenisnya serupa dengan Dayak Dayak yang lain), yang pernah saya makan dan saya tanyakan resepnya, bahkan hampir semuanya saya pernah membuatnya :

  1. Sambal Ramania

Sambal ini berbahan dasar buah ramania yang masih muda tau mentah. Ramania adalah sejenis tumbuhan yang berbuah asam yang bisa dimakan dengan kulit kulitnya. Buah ini bila masih mentah berwarna hijau, kalau matang berwarna kuning jingga ranum, dengan biji dalam berwarna ungu. Cara membuat sambal ini cukup sederhana, yaitu dengan menghaluskan bahan mentah berupa cabe rawit, bawang merah, garam, gula atau MSG sedikit, dan terasi bakar. Bila bahan tersebut sudah halus masukan buah ramania mentah yang diiris dan dimemarkan, aduk sampai merata, siap dihidangkan. Jenis sambal ini dibuat untuk sekali makan. Sambal ini cocok dikombinasikan dengan sayur rebus, lalapan, ikan bakar, ikan goreng, daging maupun sayur berkuah.

  1. Sambal Mangga Muda

Samabal ini berbahan dasar mangga muda, cara membuatnya sama dengan membuat sambal ramania, hanya bahan asamnya diganti dengan mangga musa diserut halus, dan diaduk rata. Sambal ini sangat cocok sebagai cocolan ikan panggang atau ikan goreng, mantan para pembaca!

  1. Sambal sarai baya kenah

Samabal ini oleh masyarakat Dayak Ngaju disebut sambal kandas sarai, biasanya sambal ini bukan sebagi hidangan pelengkap tapi hidangan utama, seperti layaknya otak-otak atau semur daging giling. Hidangan utama ini bahan dasarnya adalah serai (pilih yang mudah, besar dan gemuk gemuk agar mudah diiris setipis mungkin). Serai terlebih dahulu dibakar di atas bara untuk mengeluarkan aromanya, kemudian diiris setipis mungkin, haluskan dengan bawang merah, bawang putih, cabe rawit, yang telah digoreng bulat bulat plus terasi bakar sedikit, tambahkan garam dan gula atau sedikit MSG (ingat kalo pake MSG sedikitttttt aja ya?), setelah halus campur bahan tersbut dengan daging ikan panggang atau goreng yang telah dibuang tulangnya dengan perbandingan 1:1, aduk rata menggunakan dua sendok kecil. Lebih enak menggunakan ikan dari jenis yang tidak bersisik seperti ikan Baung, Tapah/tampahas, Lais, Patin sungai atau ikan lele. Sambal ini rasanya luar biasa…silakan buat sendiri pembaca he he>

  1. Sambal Tampuyak Ruyan

Bahan dasar sambal ini adalah tempoyak atau tampuyak yaitu daging durian yang diawetkan dengan sedikit garam dan disimpan dalam stoples atau botol tertutup dalam jangka waktu tertentu. Cara membuat sambal tampuyak sangat mudah, yaitu tampuyak digoreng dengan sedikit minyak goreng bersama irisan tipis bawang merah, cabe rawit, bawang putih sedikit, terasi sedikit, dan diberi garam (jangan diberi gula atau MSG karena rasanya sudah manis). Menggoreng sambal ini harus sambil terus diaduk sampai matang.

  1. Sambal ihem muda

Bahan dasarnya adalah ihem atau sejenis mangga hutan yang baunya khas yang masih muda, cara membuatnya sama dengan membuat sambal tmpuyak ruyan, namun tempuyaknya dig anti dengan ihem yang diparut halus, dan pada saat menggorengnya diberi terasi lebih banyak, garam dan gula atau MSG sedikit.

  1. Sambal teung asem

Bahan dasarnya adalah terung asam atau teung asem yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut rimbang. Namun untuk bahan sambal terung asam yang dipakai adalah dari jenis yang kecil atau berbuah kecil yang mempunya rasa dan aroma yang lebih tajam. Cara membuat sama dengan membuat sambal ihem muda, hanya parutan ihem muda dig anti dengan teung asem yang diiris tipis tipis. Menggorengnya juga harus lebih lama samapi teung asemnya empuk.

  1. Sambal Binjai atau wennu’

ini adalah sambal favorit saya, bahan dasarnya adalah binjai atau wennu’ yang sudah matang. Binjai adalah sejenis poho asam dengan batang yang besar dan tinggi, mempunyai buah lonjong besar dengan kulit berwarna off white sampai coklat, dagingya lunak menyerupai daging buah durian dengan warna putih susu. Cara membuat sambalnya persis sama dengan membuat sambal tempuyak ruyan namun kompisisi terasinya lebih banyak dan diberi MSG sedikit (sedikit sekali ya?!). Perpaduan rasa pedas cabe rawit dengan rasa kecut binjau dan aroma terasi menimbulkan sensasi yang luar biasa di lidah. Perbanyak stok nasi anda jika makan dengan sambal ini,karena akan sangat membangkitkan selera..makan jadi lebih bergairah…

  1. Sambal tomat

Sambal ini sudah dikenal penduduk sedunia, namun masyarakat tradisional dayak Maanyan yang masih berladang menggunakan jenis tomat local yang buahnya kecil seperti buh cerry, aromanya sangat tajam dan rasanya lebih manis.

  1. Dadahan Acan atau terasi serai bakar

Bahannya adalah terasi dicampur dengan irisan tipis serai, Lombok dan garam. Dibuat adonan dan ditekan pelan2 pada cobek kayu. Kemudian di panggang di atas bara, di mana cobek dalam posisi terbalik kea rah bara api. Baunya harum dan enak sekali.

10. Pansuk

Pansuk adalah jenis sambal yang berkuah untuk cocolan sayur rebus. Bahan yang sering di pakai adalah asam kandis atau kandris dibakar atau direbus, garam, terasi bakar, sedikit MSG,bawang merah iris, masukan dalam mangkok kecil dicampur air matang satu gelas, haluskan dengan menggunakan sendok kecil panjang, campur dengan daging ikan goreng atau panggang atau panggang kalok/na upuh (ikan dibakar dengan sisik sisiknya), aduk rata dan siap dihidangkan. Selain asam kandis juga bisa menggunakan sama ramania yang dibakar atau buah rotan manau yang matang dipohonnya.

Rotan, Kuliner Orang Dayak


Sayur Rotan




Sangat unik memang, ketika rotan berubah fungsi menjadi sebuah makanan. Hal seperti ini, justru terbukti di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Batang rotan yang biasanya dijadikan bahan baku meubel, tikar, dan lain sebagainya, telah digunakan secara berbeda di kota ini. Karena masyarakat Palangka Raya sangat menyukai bahan baku ini, digunakan sebagai makanan sayur, sehingga batang rotan merupakan makanan khas masyarakat di sana.

Makanan ini dapat anda nikmati di Warung Makan Ny. Idong di Jl. RTA Milono, Palangka Raya. Pada umumnya makanan batang rotan, disuguhkan kepada para pengunjung dari luar Kalimantan Tengah. Seiring dengan rasa penasaran yang tinggi dan keingintahuan kenikmatan dari Sayur Batang Rotan, para pengunjung tidak mempermasalahkan keunikannya tersebut.

Untuk membuat makanan khas Dayak ini, yang paling utama adalah jenis rotan yang dipilih harus muda, setelah itu, rotan terlebih dulu dibersihkan, kemudian kulitnya dibuang, dan bagian dalam yang agak lunak dipotong-potong ukuran kecil, agar memenuhi selera pengunjungnya.

Sayur Rotan ini, juga dapat ditemukan pada restoran mewah di Palangka Raya, namun para pengunjung akan lebih mudah jika mencarinya di wilayah pedalaman, masuk ke dalam lingkungan Suku Dayak. Selain itu, Sayur Rotan Palangka Raya akan lebih terasa nikmat, jika proses masaknya dicampur dengan terong asam, ubi keladi serta bumbu-bumbu sayuran.

Menu tambahan yang disarankan adalah dilengkapi dengan ikan bakar, seperti ikan patin, dan baung. Dengan rasa yang gurih, kepahit-pahitan, merupakan cita rasa nusantara tersendiri bagi Palangka Raya.
id.answers.yahoo.com/rmb © 2008 Media Indonesia
Sebelumnya: Mengingat Desa Lewat Sastra
Selanjutnya : Sup Lezat Tanpa Daging

Senin, 13 Juni 2011

RUMAH BETANG

. MAKNA RUMAH BETANG
Rumah betang yang merupakan rangkaian tempat tinggal yang bersambung telah dikenal hampir oleh seluruh suku Dayak. Orang Iban menyebutnya “betai panjae”, dan orang Banuaka menyebutnya “sao langke”.
Rumah betang memberikan makna tersendiri bagi penghuninya. Bagi masyarakat Dayak, rumah betang adalah pusat kebudayaan mereka karena hampir seluruh kegiatan hidup mereka berlangsung disana. Ralp Linton ( dalam The Culture Background of Personality, New York: Appleton-Century-Croft, 1945, yang dimuat oleh editor T.O Ilrohmi dalam buku yang disuntingnya dan diberi judul Pokok-Pokok Antropologi Budaya ) mengatakan :
“ Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan dunia seperti mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan. Karena itu, bagi seorang ilmu ahli sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak memiliki kebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dari suatu kebudayaan.”[2]

C. KEHIDUPAN KOMUNAL DI RUMAH BETANG
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat mempertahankan rumah betang mereka.
Masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya. Mereka gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan rumah betang. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.
Dengan mempertahankan rumah betang, masyarakat Dayak tidak menolak perubahan, baik dari dalam maupun dari luar, terutama perubahan yang menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah mereka.
Pola pemukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan. Namun dewasa ini, ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang. Masyarakat Dayak telah mulai mengenal perkebunan dan peternakan.
Rumah betang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.[3]
D. SENI TRADISIONAL
Rumah betang selain tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di rumah betang menyerupai proses pendidikan tradisional yang bersifat non formal.
Dalam masyarakat Dayak terdapat pembagian tugas atau perbedaan dalam mengerjakan seni tradisional. Kaum pria terampil dalam ngamboh ( pandai besi ), menganyam, dan mengukir, sedangkan wanita lebih terampil dalam menenun dan menganyam yang halus.
Dalam kelompok yang relatif kecil lebih mudah bagi setiap warga untuk berusaha menambah pengetahuan dan keterampilannya, sehingga mereka dapat berguna dalam masyarakat, sebab apabila mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai mereka dianggap pemalas.

E. BAGIAN –BAGIAN PADA RUMAH BETANG SUKU DAYAK

1. Tangga
Tangga untuk naik ke rumah betang berjumlah tiga, yaitu di ujung kiri kanan dan satu di bagian depan yang menandakan untuk pengungkapan rasa komunitas dan solidaritas warga yang berada di dalam rumah tersebut. Anak tangga biasanya mempunyai hitungan mistik yaitu tonggak(ganjil), tunggak dan tidak boleh jatuh pada hitungan tinggal (genap). Hitunggan anak tangga dimulai dari hitunggan dari tonggak dan seterusnya sesuai tinggi rendahnya rumah, kepala tangga dibuat patung kepala manusia yang dalam mistiknya sebagai penunggu, penjaga rumah beserta isi keluarga yang mendiami agar yidak diganggu oleh roh ataupun marabahaya.

Posisi tangga
1. Ada rumah betang yang memiliki tangga di kedua sisi ujung rumah panjang. Biasanya untuk rumah yang ukurannya sangat panjang (300 – 400 m) biasanya dibuat dengan tujuan memudahkan akses dari kedua sisi masing-masing rumah.
2. Ada juga rumah betang yang memiliki hanya 1 tangga dan terletak di depan dan tengah – tengah. Ukuran panjang rumah ini pun hanya mencapai 200 m.
3. Pada rumah betang yang baru (kepentingan pariwisata), biasanya di bangun tiga tangga. Dua tangga di sisi kiri dan kanan dan satu tangga di tengah bagian depan.
2. Pante
Merupakan lantai yang berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar, berfunggsi sebagai tempat antara lain: menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat lainya. Lantai pante berasal dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau dari batang papan.
3. Serambi
Merupakan pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarut halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas ( semacam janur ).
4. Sami
Merupakan ruangan terbuka milik bersama, digunakan sebagai tempat menerima tamu, menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan. Ditempat ini biasanya para tamu yang datang dipersilahkan duduk dan disuguhi hidangan oleh tuan rumah di bilik yang didatangi sedangkan keluarga yang lain biasanya juga ikut memberikan suguhan sebagai tanda kebersamaan antar keluarga dalam komunitas di rumah panjang ini.
5. Dapur
Disudut ruangan dalam bilik masing-masing keluarga ada dapur dengan kelengkapannya ( para api ).
6. Jungkar
Merupakan ruangan tambahan dibagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap rumah panjang atau ada kalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ini terkadang ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya menyambung pada atap rumah panjang dibuatkan tingaatn ( ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu ) yang sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.[4]

F. BANGUNAN-BANGUNAN TAMBAHAN SELAIN RUMAH BETANG
1. Jurokng (lumbung padi) ; biasa berbentuk bujur sangkar dan berukuran 4x4 atau 5x5 m. Di kalangan Dayak, lumbung merupakan tempat menyimpan padi cadangan sekaligus tempa diadakan upacara panen padi tempat bersyukur kepada Ponompa(Tuhan) atas hasil panen yang ada.
2. Pelaman ;gubuk tempa peristirahatan yang terdapat di ladang.
3. Sandong ; beberapa sub suku Dayak mempunyai tradisi seperti suku Indian yakni Totem. Dengan tiang penuh ukiran yang dipuncaknya terdapat patung enggang mereka meyakini tempat itu adalah penghubung antara dunia dan dunia di atas dunia. Biasanya juga ada yang menyimpan tulang para leluhurnya di atas sandong.
G. KONSTRUKSI RUMAH BETANG SECARA UMUM
Ada beberapa jenis rumah betang yang tersebar di kalimantan. Sesuai dengan yang telah diungkap di atas, masing-masing sub suku yang beragam (hingga 450 sub suku) membangun rumah panjang sesuai dengan karakteristik budaya dan kondisi alam. Secara umum bentuk rumah betang antar sub suku dibedakan dengan :






1. Tanpa hiasan
Rumah betang dengan atap tanpa hiasan merupakan rumah betang yang terbanyak yang masih dapat ditemui sekarang. Biasanya masih dihuni sampai sekarang. Seperti di daerah Kapuas Hulu, Sanggau dan Pontianak Kalimantan Barat.

Minggu, 12 Juni 2011

Upacara Upacara dalam masyarakat Dayak

Upacara dalam masyarakat Dayak Kanayatn tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan dan religi. Perwujudannya direalisasikan melalui berbagai ritus atau upacara ritual, agar mereka memperoleh pertolongan roh gaib, roh para leluhur, dan Jubata. Upacara dalam konsep kepercayaan seperti itu dimaksudkan sebagai pembuktian keyakinan terhadap Jubata sekaligus pemantapannya. Ia merupakan transpormasi hubungan manusia dengan alam gaib sebagaimana tergambar dalam setiap prosesi upacara. Di sinilah masyarakat memperjelas dan mempertegas konsep tentang apa yang mereka yakini dan adat yang mereka jalankan. Usaha memperjelas itu dilalui dengan tindakan, mantra-mantra, nyanyian, musik dan tari, sampai pada penuangan simbol-simbol tertentu. Konsep seperti ini akhirnya membawa posisi religi lebih mendominasi dalam kehidupan mereka. Mereka membagi upacara-upacara tersebut menjadi beberapa macam sebagai beikut.

a. Upacara yang Berkaitan dengan Inisiasi

1) Upacara sebelum perkawinan.
Biasanya sebelum upacara pernikahan diadakan, terlebih dahulu pihak keluarga melakukan Bahaupm (musyawarah). Pada upacara ini calon mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan menentukan apakah suami ikut istri atau sebaliknya.

2) Upacara Ngaladakng Buntikng
Upacara ini dilaksanakan di kamar suami istri pada saat hamil 3 bulan. Upacara ini dilakukan dengan maksud menghindari keguguran, terutama saat hamil pertama.

3) Upacara Batalah
Upacara Batatah, yaitu upacara untuk memberi nama pada bayi yang baru lahir. Upacara ini dilakukan setelah tiga atau tujuh hari kelahiran bayi yang didahului dengan prosesi pemandian bayi. Apabila upacara ini dilakukan pada hari ketiga setelah kelahiran bayi, maka upacara ini harus disertai dengan penyembelihan seekor ayam untuk selamatan. Bila upacara dilaksanakan pada hari ketujuh, maka disembelih seekor babi untuk perjamuan dan balas jasa yang menolong kelahiran.

4). Upacara Batenek
Batenek adalah upacara melubangi telinga anak perempuan. Upacara ini dilakukan setelah anak berumur antara dua sampai tiga tahun.

5) Upacara Babalak
Babalak adalah upacara penyunatan anak laki-laki di bawah usia sepuluh tahun. Upacara ini masih tetap dijalankan walaupun orang Dayak masih memegang kuat kepercayaan lama. Dalam upacara ini biasanya disembelih tiga ekor babi dan dua belas ekor ayam. Bagi keluarga yang tidak mampu, perayaannya dapat digabungkan dengan keluarga lain yang mampu, namun harus menyumbang seekor ayam, tiga kilogram beras sunguh (beras biasa), dan tiga kilogram beras pulut (ketan).

6) Upacara adat Karusakatn.
Karusakatn adalah upacara yang berhubungan dengan kematian. Bagi orang Dayak Kanayatn, orang yang meninggal harus dikuburkan paling lama satu malam setelah meninggal. Upacara kematian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
(a) Upacara adat Basubur, yakni upacara untuk memberi makan orang yang telah meninggal;
(b) Upacara Barapus, yaitu upacara yang dilakukan tiga hari setelah pemakaman untuk memberitahukan kepada orang yang meninggal bahwa ia telah meninggal dunia;
(c) Upacara Malahi, yaitu upacara yang dilakukan di tengah ladang seperti orang yang meninggal itu melakukan sesuatu, seperti mengerjakan ladang atau sedang panen. Pelaksanaan upacara ini bertujuan agar arwah orang yang meninggal tidak mengganggu ladang;
(d) Upacara Ngalapasatn tahun mati, yakni upacara untuk melepas arwah orang yang telah meninggal setelah tiga tahun. Jika belum genap tiga tahun, maka keluarga orang yang meninggal harus memberi sesaji setiap ada upacara adat.


b. Upacara yang Berkaitan dengan Pertanian

Masyarakat Dayak Kanayatn merupakan masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pertanian. Sebagai masyarakat petani, orang Dayak Kanayatn memiliki beberapa tradisi yang berkaitan dengan siklus pertanian selama satu tahun, yang dkenal dengan adat bahuma batahutn. Menurut aturan adat dikenal sejumlah upacara yang dilakukan pada setiap tahapan pertanian. Tahap-tahap pertanian ini dimulai setiap bulan Juni sampai bulan April. Adapun urutan upacara yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Upacara Nabo’ Panyugu Nagari
Sebelum membuka suatu lahan pertanian, pertama-tama seluruh penduduk desa harus meminta ijin bersama-sama dengan cara berdoa di Panyugu (tempat ibadat) ketemenggungan. Agar doa ini terkabul, maka penduduk harus bapantang (menjalankan pantang) selama tiga hari tiga malam. Selama masa bapantang itu masyarakat tidak boleh bekerja, tidak makan daging, pakis, rebung, cendawan, dan keladi. Mereka juga tidak boleh mengeluarkan kata-kata kotor atau umpatan yang dapat menyebabkan bapantang itu gagal.

2) Upacara Nabo’ Panyugu Tahutn
Upacara ini dilakukan untuk menetapkan lokasi pertanian dengan sembahyang di Panyugu untuk memohon keselamatan dan berkah yang baik. Hal ini dilakukan karena masyarakat Dayak Kanayatn parcaya bahwa keberhasialan ritual dapat menentukan keberhasilan panen mereka tahun itu.

3) Upacara Ngawah
Upacara ini dilakukan malam hari untuk mencari tempat yang cocok untuk menanam padi. Pencarian lahan dilakukan dengan cara mengetahui gajala-gejala alam seperti bunyi burung dan binatang yang dapat memberi petunjuk kepada mereka dalam menentukan lahan pertanian. Adapun binatang-binatang itu, seperti kunikng, kalingkoet, tampi’ seak, ada’atn. Jika terdengar bunyi di atas bukit, berarti pertanian di dataran tinggi akan berhasil (ladang), namun bila bunyi berasal dari lembah, maka hal itu merupakan tanda pertanian ladang akan suram. Bila ditemukan bangkai binatang di atas lahan pertanian, menandakan bahwa lahan yang sudah ditentukan itu baik untuk ditanami.

4) Upacara Mandangar Rasi
Upacara ini dilakukan setelah upacara Ngawah. Upacara ini merupakan tanda bunyi dari alam yang menyatakan baik atau buruk hasil pertanian nanti (pesan rasi). Apabila pesan rasi dianggap baik, maka pekerjaan diteruskan, sebaliknya bila pesan dari rasi tidak baik, maka pekerjaan harus dihentikan.

5) Kegiatan Ngaratas
Ngaras merupakan kegiatan membuat lajur batas atas lahan pertanian dengan lahan tetangga. Setelah itu barulah bahuma (menebas) hutan sampai dengan selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan agar tidak terjadi pengambilan batas tanah ladang orang lain.

6) Nabakng
Nabakng adalah upacara menebang pohon setelah kegiatan menebas. Setelah itu dilakukan upacara baremah dengan membuat persembahan untuk Jubata, agar diperbolehkan memakai lahan pertanian atau ladang yang akan digarap. Bila ada pohon besar, maka pohon tersebut tidak ditebang, melainkan hanya dikurangi cabang-cabangnya. Orang Dayak Kanayatn percaya bahwa pohon besar biasanya dihinggapi burung tingkakok atau burung berkat padi yang menjaga dan menimbang buah padi, sehingga pada waktu panen nanti akan mendapat padi yang baik (berisi) dan melimpah.

7) Ngarangke Raba’
Ngarangke Raba’ adalah upacara mengeringkan tebasan dan tebangan dalam beberapa waktu untuk kemudian dibakar. Sebelum dibakar dilakukan ngaraki’ yaitu membersihkan daerah sekeliling yang akan dibakar untuk pencegahan merambatnya api secara luas. Upacara ini dilakukan untuk meminta berkah pada roh pelindung sebelum pekerjaan selanjutnya dilaksanakan.

8) Membuat Solor atau Jaujur
Upacara ini adalah upacara pembuatan tanda batas antara ladang milik sendiri dengan ladang tetangga agar jangan sampai terjadi kesalahpahaman karena kesalahan pemakaian batas tanah garapan.

9) Upacara Batanam Padi
Upacara Batanam padi ini terdiri dari: (a) Upacara Ngalabuhan, yakni upacara memulai tanam padi; (b) Upacara Ngamala Lubakng Tugal. Upacara ini dilakukan di sawah atau ladang secara intensif agar padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, berhasil dan tidak diganggu hama; (c) Upacara Ngiliratn penyakit padi atau menghanyutkan padi-padi bekas gigitan hama maupun binatang ke sungai dengan maksud membuang sial (penyakit).

10) Upacara Ngabati
Upacara ini dilaksanakan di tengah ladang pada saat hendak panen padi atau saat padi menguning. Upacara ini merupakan permohonan agar padi yang telah menguning tersebut tidak diganggu hama tikus dan agar semua padi berisi, sehingga bila panen tiba hasilnya banyak.

11) Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango merupakan upacara inti dari beberapa tahapan upacara yang berkaitan dengan panen padi (pesta penen). Upacara ini merupakan upacara syukuran padi yang dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn setiap setahun sekali pada tanggal 27 April. Pelaksanaannya dilakukan secara bergiliran setiap kecamatan di Kabupaten Landak. Upacara ini merupakan upacara besar yang banyak melibatkan masyarakat dan kesenian di dalamnya.

ADAT KEMATIAN DALAM SUKU DAYAK AHE'

ADAT KEMATIAN DALAM SUKU DAYAK AHE'
Sumber : http://www.diridayak.co.cc

1. Adat Istiadat Memandikan Jenazah

a. Disediakan air yang sudah dimasak dicampur dengan air dingin diberi sedikit bunga-bugaan, daun pandan, langir badak dan disiapkan sabun.

b. Setelah dimandikan disiapkan 1 stel pakaian lengkap serba putih dipasang pada badan simati seperti biasa kemudian di baringkan keruang serambi lurus kakinya ke arah pintu keluar kemudian dibungkus dengan kain kapan (kain putih).

c. Setelah itu disiapkan 1 babak pahar untuk tempat makanan simati berupa nasi, sayur, air dll dan 1 buah peti (tas) tempat pakaian yang pernah dipakai semasa masih hidup ini ditaruh disamping jenazah ini tanda memberikan kepadanya untuk dibawa ke alam baka tempat suci baraseh.

2. Adat Istiadat Nau

a. 1 ekor babi laki sebelum dibuang bulunya diambil dulu dari jungur sampai telinga, ekor dan kuku kakinya dengan cara diturih kulitnya.

b. 2 ekor ayam masing-masing diambil sayap, kepala dan kaki sebelah kanan. Kesemuaini dibawa di kuburan (tanda memberi simati). Seluruh anggota keluarga yang datang menyiapkan keperluan pati jenazah, tambak, dan persiapan lainnya 1 buah tempayan paluk dan peralatan pekerjaan yang pernah ia miliki untuk dibawa kekuburan.

c. Jika yang sedang keturunan yang mempunyai kedudukan ditengah-tengah masyarakat ianya supaya dibuatkan untuk seorang laki-laki ini dibuat sanung/ baegamangk selama 3 hari berturut-turut setelah jenazah dimakamkan sampai kepada adat muang abu.

d. Adat istiadat membuat pangkalan atau baegamangk (1 hari 1 ekor ayam) disediakan juga makanan yang agak mewah, jangan sampai lapar orang yang bekerja, karena menaruh pandangan adat kemewahan yang dilakukan pada saat mempersiapkan keperluan orangmeninggal, ini langsung ditempatkan ditempat suci baraseh (di bait pama)

e. Sedangkan kalau yang meninggal setiap perempuan, dia dibuatkan pangkalat dan harus dibuat pada saat jenazah belum dimakamkan dengan perlengkapan seperti huruf c diatas pembuatannya hanya 1 hari.

3. Adat Istiadat Nurutant Jenazah

Jenazah dimasukan didalam alokng (peti) semua anaknya dipersilahkan untuk melangkahi jenazah masing-masing 7 kali anggota keluarga lainnya menyiapkan 1 tombak, 2 payung, 3 dompo untuk dibawa oleh orang yang terdepan membunyikan gong dan membunyikan letusan senapan (bedil)memecahkan tambangk air tadi dibawa juga dikuburan untuk dipasangkan sebagai suda sebanyak 7 biji di keliling kuburan.

4. Adat Istiadat Sampai Di Kuburan

Sebelum masukan pati jenazah, lubang lahat dipasang sau, dengan dompo yang dibawa dari rumah ditambah dengan longke untuk rabun dikuburan, setelah petidimasukan dilapisi lobang didirikan sebatang kayu kecil untuk lobang panyaru sumangat semua anggota keluarga yang ikut menyiapkan di kuburan dan membagi-bagikan semua makanan yang disiapkan untuk simati kepada semua keluarga yang telah dikuburkan terlebih dahulu ditempat ini.

Pangurukng sumangat dilaksanakan setelah selesai penimbusan tanah kuburan, salah satu seorang menyampaikan pesan-pesan kepada almarhum dengan terlebih dahulu nigapm (menepuk) tanah sebanyak 7 kali. Setelah pesan-pesan selesai dibagikan pangurukng sumangat berupa daun yang

dilepetan tersebut supaya tidak rere’ (dipengaruhhi) oleh roh almarhum dan sumangatnya masuk kedalam tubuhnya masing-masing (lepetan daun disisipkan ketelinga).

Saat acara pangurukng sumangat dikuburkan, si pembawa pesan mulai menigapm ( menepuk ) tanah pada bagian kepala sebanyak 7 kali seraya mengatakan kata-kata sebagai berikut : “asa-dua-talu-

ampat-lima-anam-tujuh.................duhani kao sianu(disebutkan namanya) a-iatn aku masatnnia kao, kao dah pulakng ka’ nagari binua asalnyu, man jodo bagiatnnyu-janji man ne’ nangenyu. Kao batikar tanah- bakubu amutn – babantal urat – barapi janyahakng, bajalatn kao baik-baik- ame kao ngeba’ nganan, tanui ne’ nangenyu, ame kao ngalit, ame kao taap surabekng ka’ jukut urakng – pamare’ kami dah cukup ka’ kao, nang ada kao tantuatn – nang nana’ ame’ kao gago’i, kao urajng nang di pamaluatn, urakng nang pagalar pangurangtakng, ame kao jadi ganye – jadi ular – jadi tikus – jadi ampe’-ampe’ – ame kao jadi baho ka’ uma ka’ tahutn. Kao jadi biat – jadi pama – tangahi’ anak ucu’nyu - kampong halaman – binua nagari kami. Didiatn kao tamui da’ sainu (disebutkan sanak keluarganya yang dikuburkan disitu) – ame kita na’ bapaduliatn.

Iatn pasatn kami dah cukup ka’ kao sianu’a – kao dah pulakng ka binua nagari asalnyu – man jodo bagiatnnyu – ame kao ngarere ngalimat kami. Kurs... sumangat kami – pulakng ka’tubuh ka’ karokngnya – ame rere’ man urakng mati”.

5. Adat Istiadat Pulang dari kuburan.

a. Pulang dari kuburan langsung mandi di sungai air bunga lengkap dengan balangir babadak, sebelum naik rumah basau’ barabun dengan daun longke daun mentawa dal lain-lain. Karena menurut adat kuburanadalah tempat yang kotor nang ece.

b. Sesampai dirumah mereka yang ikut menguburkan boleh mandi dahulu, kemudian selesai mandi mereka kumpul kembali dirumah duka, dan diadakan upacara “panetekng” untuk nyaru (memanggil) sumangat kemungkinan sudah ada yang rere’ dengan roh almarhum. Setelah selesai adat Panetekng dilanjutkan dengan acara makan, barulah diadakan acara becece’ mati sebagaimana yang telah diuraikan.

c. Ai’ Balik :

Dipelantaran (pante) dipasang ai’ balik yang terdiri dari abu yang ditaruh diatas sobokng, kemudian didalam piring dan ditutup dengan pangayak. Sedangkan diujung pante dibuat tanga antu, yang tepaknya terbalik. Kesemuanya ini dimaksudkan untukmenyadarkan roh almarhum bahwa ia sudah berada dialam lain (sudah mati) tatkala ia melihat bayangannya didalam air yang ditutup pangayak. Abu dalam sobokng maksudnya supaya bekasnampak dan dapat diketahui bahwa ia betul-betul datang kembali.

6. Adat Istiadat Bacece’ Mati

a. Adat Bacece’ mati diadakan dirumah yang meninggal pada setelah makan sore (malam) dengan takarant adat buah pacak 10 amas dengan rincian sebagai berikut :

1 buah mangkok + paku untuk ngago’ (lihat berapa cabang yang menanggil orang)

1 singkap pingant + paku untuk nglulut ( memandikan 0

1 singkap pingant + paku untuk nang bakayu (pati jenazah + tambak)

1 singkap pingant + paku untuk nang mikul (membawa peti jenazah)

1 singkap pingant + paku +1 1 lembar parang panumbah tanah untuk gali lobang kuburan dan natak bantal kaintonotn.

1 buah mangkok + lonekng manok + paku untuk badango

Yang menerima pingant dan mangkok tidak harus dibawa tapi hanya dipegang dan paku hanya digigit sebagai pangkaras, terkecuali mati bangkak, mati tara, diburut, mati baranak, mati ngotori memang harus dibawa.

b. Pertanyaan dari masyarakat mengawali sebab kematian, apa ada penyebab lain selain jodo janji bakalahi, baancam, mati man jodoh janjinya, mati suci baraseh nana, bajangkang baraba, mati balangir babadak.

c. Pertanyaan kedua tantang persengketaan utangk piutangk, kedalam pertanyaan ini supaya jelas, kalau ada simati berutangk atau ada orang lain yang barutangk pada simati ini harus dibicarakan dalam tempo 3 hari sampai 7 hari, dan harus diketahui oleh masyarakat, sampai juga pada pembagian harta benda simati yang kembalinya kepada siapa-siapa, ini supaya diketahui oleh waris

dan pengurus. Seandainya pada saat itu ada yang belum sempat hadir, masih diberikan kesempatan 3 hari kemudian yaitu pada saat upacara adat muangi abu. Tikar-kubu’ atau bisa juga setelah 7 hari setelah diadakan upacara adat basuayak. Pangajuan utang piutang setelah itu, tidak dibenarkan. Pertanyan ketiga apakah tahutnnya ada ditantuant (akan dilaksanakan upacara adat ngalapasatn tahutn, setelah 3 tahutn). Jika tidak ada dilaksanakan, cukup diadakan berapus setelah 7 hari.

Pertanyaan keempat yaitu mengenai keadaan tubuh, jika yang meninggal suaminya, kebetulan istri almarhum masih dalam usia produktif yang di tanyakan apakah isteri almarhum dalam keadaan hamil atau tidak kotor, atau baru habis kena kotor. Pertanyaan kelima mengenai tanggung jawab nantuant, ngiringkant, anak-anak almarhum. Waris dua belah pihak masing-masing menangkupkan tangan diatas kepala anak-anak, tanda bersedia membantu pada saat di perlukan.

Kemudian diadakan adat “kalangkah tikar” oleh isteri almarhum berupaya uang katip di taruh diatas piring kecil, diterima oleh dua madi ”ene” (sepupu dua kaki) almarhum. Kalangkah tikar dikeluarkan oleh isteri almarhum yang masih berusia produktif, artinya mohon persetujuan ahli waris, jika ada suatu isteri almarhum mendapat jodih, asal saja perlu bermufakat dengan ahli waris almarhum terlebih dahulu, jika perjodohan itu masih dalam kurun waktu 3 tahn atau sebelum ngalapasatn tahutn. Kalau perjodohan itu tidak dimufakatkan dengan ahli waris, maka ia dapat dapat dikenakan adat “parangkat antu” atau parangkat mati. Akan tetapi walaupun telah mufakat dengan ahli waris almarhum, ia dapat dikenakan adat “pampalit ai” mata.

7. Adat Istiadat Malahi

Apabila simati meninggal “ningalatn tahutn” artinya masih dalam musim patahunan artinya dari batas mulai nugal padi hingga sebelum lepas panen, maka diadakan balahatn ditengah uma yaitu sebagai malaki’ (memberikan bagian padanya). Karna itu telah merupakan bagiannya dfipagar dengan bambu yang dibelahl, cukup diberi alat-alat ka’ uma seperti tarinak, topokng pamanih dsb.

8. Adat stiadat Muangi Tikar Kubu (Ngabu).

Upacara adat ini dilakukan setelah 3 hari ia dikuburkan, dimaksudkan agar roh almarhum tidak lagi mengingat-ngingat segala pakaian sudah diserahkan kepadanya(muangi/dibuang) adalah istilah yang juga agar roh almarhum tidak menganggu keluarganya yang masih hidup, mungkin karena dia (rohnya) dataang untuk meminta pakaiannya.

9. Adat Istiadat Basuayak (bnarapus).

Basuayak adalah suatu adat yang dilakukan 7 hari setelah ia meninggal. Maksudnya adalah untuk memisahkan roh almarhum dengan keluarganya yang masih hidup, agar rohnya tidak mempengaruhi, ngarere’ ataupun ngalimat keluarganya.

Hal ini dilakukan apabila ada tanda-tanda, ataupun perasaan bahwa rohnya masih “dirasakan” sering datang.

Hari ketujuh ini, jika digunakan untuk basuayak, bisa juga digunakan untuk berapus, yaitu suatu upacara adat yang diadakan apabila ada ngalapasatn tahutn tidak akan dilaksanakan, namun beban perasaannya tidak ada lagi.

10. Adat Istiadat Ngalapasatn Tahutn

Ngalapasatn tahutn upacara adat yang dilaksanakan setelah 3 tahutn almarhum meninggal. Bias juga dilakukan sebelum 3 tahutn ngalapasatn tahutn. Setelah itu pada masa-masa almarhum dengan keluarga sudah diangap habis (selesai).

11. Adat Istiadat Makam Panyugu

Walaupun hubungan roh sudah dianggap selesai setelah diadakan upacara adat ngalapasatn tahutn, namun ada pula semacam kebiasaan dalam masyarakat untuk tetap menghormati almarhum dengan mengadakan persembahan dikuburan (makam) almarhum.

Hal ini dilakukan karena mereka anggap penjelmanya sebagai biat pama yang dapat melindungi dan memberikan rejeki kepada anak cucunya. Mungkin saja selama hidupnya almarhum adalah seorang yang baik seorang pagalar ataupun dianggap seorang yang sangat bijaksana dan banyak ilmunya. Karena kuburan itu dibersihkan dan dihormati pada saat tertentu untuk persembahan / bapinta, makanya disebut makam panyugu.

Tanda Kepemilikan/Pekerjaan (Dalam Suku Dayak Ahe')

Jongko’ : ialah tanda bahwa barang sesuatu yang di jongko’ itu mudah ada yang memilikinya. Ada macam-macam jongko’ yaitu :

a. Jongko’ pantojok : sepotong kayu kecil, panjangnya kira-kira sekitar 1,5-2 m dicucukkan ketanah dengan kemiringan 45 derajat, dengan posisi menujuk kepada suatu sasaran diatas pohon yang ditunjuk itu (biasanya sarang lebah) telah menjadi milik orang yang memasang pantojok itu.

b. Jongko’ pamarangan :

Jongko’, kata kerjanya adalah nyingko sama artinya dengan ngako’ artinya bahwa barang sesuatu yang dijongko’ itu telah diako’ sebagai pemiliknya. Sedangkan pamarangan adalah bentuk kata jamak, kata kerjanya adalah marakngi’. Marakngi’ adalah suatu perbuatan untuk memberi tanda jongko’, biasanya diparakngi’ adalah pohon buah-buahan seperti langsat, rambutan dll, yang telah berbuah. Maksudnya agar diparakngi’ adalah agar supaya orang tidak mencurinya. Maka pohon buah itu sekelilingnya dipagar dengan ayas kayu (pohon-pohon kecil) yang masih berdaun, tidak dibuang daunnya, kemudian diikat.

Akan tetapi pohon buah yang terletak didekat rumah orang lain, tidak boleh diparakngi’ pohon buah orang lain, namun setelah habis diparakngi’ hal itu harus diberitahukannya kepada yang punya pohon buah bahwa dialah yang marakngi’ buah orang itu,maksudnya bukan untuk mengakui miliknya, tetapi sekedar minta bagi makan. Sebaliknya apabila pada saat buah itu dipanjat, yang punya buah tidak mau memberi sedikitpun buah itu kepada orang yang marakngi’ tadi, maka orang itu dapat menuntut adat paningadahatn kepada pemilik pohon buah, bahkan dia bisa menuntut adat kamponan/sumpanan. Pada saat itu dia mengalami kecelakaan seperti luka dan sebagainya.

c. Jongko’ pantayatn :

Dipantayatn artinya diperkokoh (lebih diperkokoh, lebih diperkuat) misalnya pohon yang diparakngi’ masih dicuri pula buahnya terlepas apakah pamarangannya dikembalikan semula ataupun dibiarkan berserakan, maka oleh pemilik pohon buah, pohon itu diparakngi’ kembali dengan menambah ayas-ayas pohonnya dan mengikatnya kokoh lagi, sehingga pohon itu dimantayatn.

d. Jongko’ Jarungkakng :

Jongko Jarungkakng adalah jongko’ dengan memberikan tanda jarungkakng yaitu berupa 2 barang ayas kayu yang dicucukkan silang diatas batang kayu yang telah mati biasanya untuk kayu api, yang berarti bahwa batang kayu api itu telah dijongko’ sebagai pemiliknya.

e. Pokat

Pokat adalah semacam jongko’ dengan memberikan tanda berupa tanda kali (x) pada pohon kayu yang dijongko’. Jongko’ pokat biasanya dilakukan selain pada pohon buah-buahan, juga bisa dilakukan pada pohon-pohonan yang lain untuk dikerjakan/digesek untuk dijadikan bahan bangunan.

f. Lepak

Lepak adalah semacam tanda batas atau antara. Lepak biasanya dilakukan pabila orang lain telah melampaui batas miliknya sehingga orang yang merasa dirugikan melakukan lepak sebagai antara /tapal batas, berupa lepak, melepak pohon-pohon disepanjang batas tanah kebun karet dan sebagainya.

g. Jalujur

Jalujur adalah tanda batas diantara kedua pemilik tanah (biasanya untuk memberikan batas uma/ladang) yaitu berupa kayu-kayu yang disusun/disambung-sambung sepanjang batas ladang itu.

Jika jalujur dimaksudkan untuk memberikan tanda batas pada tanah kebun ataupun hutan bawas, maka sejujurnya berupa tebasan disepanjang batas tanah itu.

h. Kalangkalokng Pati’

Kalangkalokng atau biasa juga langsung disebut kangkalokng pati’ adalah tanda yang dipasang pada suatu tempat untuk memberitahukan kepada chalayak umum bahwa tidak jauh dari dipasang pati’/ belantik, sesuai dengan arah yang ditunjuk petekkang kalokng itu, semacam tanda : “Awas Bahaya’.

i. Tanda Baranak

Tanda Baranak/melahirkan terdiri dari 2 potong bambu yang dicucukan sejajar ke tanah, kemudian tiga potong belahan bambu dilepakkan ujung pangkalnya pada kedua itu sehingga membuat posisi seperti tangga (lihat gambar 8). Pada tangga belahan bambu digantungkan daun mintawa, daun limau atau daun limotekng. Apabial anaknya laki-laki maka tanda dipasang disebelah kanan dan jika anaknya perempuan dipasang disebelah kiri, dilihat dari posisi kita turun dari tangga atau posisi dari rumah.

Adat Pantangann (Larangan) atau Adat Pamali

Kaamaliatn berasal dari kata amali’ ialah macam larangan yang sekaligus pula mengandung sanksi psykologis. Biasanya sering disatukan sebutannya yaitu pantang pamali’.

Amali dapat dibagi dalam 4 pengelompokkan yaitu :

1. Tulah

2. Sangar

3. Badi

4. Kicas atau karma

Keempat pengelompokan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu :

1. Tulah

Tulah adalah salah satu jenis perbuatan yang dilarang dilakukan wujud sanksi psykologis sebagai akibat dari suatu perbuatan yang melanggar kaamaliatn, misalnya :

Amali’ kawin dengan keluarga yang masih dekat, yang masih mempunyai hubungan darah (adik/kakak dari orang tua, sepupu sekali, sepupu dua kali) tulah jika dilakukan.

Hubungan antara amali’ dan tulah boleh dikatakan merupakan hubungan antara sebab dan akibat, tetapi tidak merupakan hal yang eksak, namun hanya sebatas kepercayaan adat. Tulah yang

merupakan sanksi psykologis, bisa terbentuk bencana, petaka dan lain-lainnya seperti misalnya : anak-anak mengalami cacat, anak-anaknya banyak yang mati, sedikit yang hidup segala usahanya tidak berhasil, kurang beruntung hidupnya dll. Amali’ dapat diartikan langsung sebagai larangan (jangan/ame). Ada macam-macam larangan kaamaliatn diantaranya yaitu :

a. Amali’ panganten man kamar kapala

b. Amali’ panganten man paranah urakng tuha (pauda’, nauda’)

c. Amali’ bersiul didalam rumah

d. Amali’ banyanyi ka’ padapuratn

e. Amali’ banyanyi tangah bahira’

f. Amali’ mantobekng dama urakng tuha

g. Amali’ makatn badiri

h. Amali’ lalu ka’ adapatn tuha

i. Amali’ mangkong dangan mang pangoer

j. Amali’ macu ka’ dalapm rumah (gajah, panitah)

k. Amali’ nele’ (mobo/ngintip) kamaluatn urakng tuha.

Tulah pada dasarnya lebih berorientasi kepada hal-hal yang menyangkut perkawinan dan seksualitas, itulah sebabnya maka jenis kelamin laki-laki dan perempuan “antu tulah”, misalnya antu tulah sianu dan sebagainya.

2. Sangar

Sangar adalah merupakan wujud sanksi psykologis sebagai akibat dari suatu perbuatan yang melanggar kaamaliatn. Sebagaimana tulah, maka sangar pun terpokus dan lebih berorientasi kepada hal-hal yang menyangkut perkawinan dan seksualitas. Hanya jangkauan kaamaliatn tulah agak pendek, sampai kepada anak, sedangkan sangat beban kaamaliatnnya bisa menjangkau hingga cucu, uyut, berketurunan. Jangkauan kaamaliatn sangar jauh lebih luas dari jangkauan kaamaliatn tulah, yaitu selain yang menyangkut hal-hal perkawinan/seksualitas, juga menyangkut hal-hal yang menyangkut berbagai kejahatan lainnya, misalnya orang yang sering menghianati nyawa orang lain bisa membawa sangar bagi-anak cucu dan keturunannya (basangar ka’ anak ka’ ucunya).

Beberapa perbuatan kaamaliatn yang dapat membuat sangar yaitu :

a. orang yang kawin baparanahi’ (masih keluarga dekat) dikenakan siam sangar, supaya tidak mendatangkan sangar kepada keturunannya (ame basangar ka’ anak ucu’).

b. Seorang pembunuh, bisa basangar ka’ anak-ka’ ucu.

c. Orang yang sering menghianati (membunuh secara mistik) nyawa orang lain bisa basangar ka; anak ka’ ucu.

d. Orang yang sering merampok (peranpok) pencuri dan kejahatan-kejahatan lainnya yang sering ia lakukan, bisa basangar ka’ anak ka’ cuc.

3. kisas/Kicas

Kicas adalah semacam sanksi psykologis yang menurut kepercayaan adat bahwa setiap perbuatan yang jahat pasti akan mendapat pembalasan yang setimpal sebelum ai mendapatkan ganjarannya di akhirat. Kicas bisa saja terjadi kepada dirinya sendiri, atau kepada anak dan cucunya.

Kicas dapat diartikan sebagai hukum pembalasan (hukum karma) misalnya seorang yang sering melakukan kejahatan (menganiaya, merampok, membunuh, meracuni orang dan lain-lain) bisa saja mendapat kicas seperti : rumaahnya terbakar, keluarganya sering sakit-sakitan, mendapat kecelakaan, dan bahkan mungkin ditabrak mobil dan lain-lain.

4. Badi

Badi, menurut kepercayaan adat adalah suatu penyebab yang mengakibatkan seseorang menderita penyakit ataupn penderitaan lainnya, walaupun secara akal hal itu kurang diterima, misalnya :

a. Ame ngalayu’ sanah bisa badi ka’ mata

b. Kayuara (Beringin) bisa madii’ (sakit nyilu).

c. Putat bisa madi’i (kaki bengkak dll).

d. Tanah tumuh, bisa madi’i (ka’ parut, ka’ tarenyekng).

e. Sarakng saimada’ bisa madi’i (ka’ tarenyekng).

f. Pantibuh yang berisi semut, babadi ka’ tarenyekng.

g. Nyaryjuk ujatn-darakng, babadi ngalukng kapala.

h. Dan badi lubakng (tubuh bangkak).

Selain jenis-jenis badi tersebut diatas, ada lagi jenis badi yang sama sekali tidak masuk akal, dan pada saat ini, jenis badi ini tidak dapat diterima terutama oleh generasi muda, misalnya :

a. Orang yang sering menjatuhkan piring mangkuk hingga pecah pada saat mencucinya, hal ini disebut badi kokot manok, oleh sebab Itu anak-anak dilarang makan paha ayam (kokot manok).

c. Anak-anak dilarang makan imuju’ jantok pisang, nanati bisa babadi kena tara’ (jika perempuan) dan keluarga talok (jika laki-laki).

d. Anak-anak dilarang makan hati ayam, nanti jadi orang pelupa.

e. Anak-anak dilarang makan sebot manok (Pantat Ayam), nantik ngomongnya gagap.

f. Anak-anak dilarang makan kepala ayam, nanti jadi orang pangomong (ngomong terus-terusan seperti ayam berkotek).

g. Jangan berbaring didekat orang yang sedang bangomongan, nanti disalet, artinya pada saat ramainya orang-orang sedang musim durian (pansa nyantu), pansa nuba, pansa karamaian dll, tapi diapun sedang berbaring sakit. Maksudnya saat orang mengadakan keramaian atau ada kegiatan yang ramai dia sakit sehingga tidak bisa ikut acara keramaian karena sakit tadi.

5. TUNGKAL ATAU TUNGKAL PAMALI

Tungkal ialah semacam pantangan untuk mengonsumsi suatu makanan tertentu selama seumur hidup hingga turun-temurun. Jadi berbeda dengan pantang biasa yangs sifatnya hanya sementara.

Tungkal biasanya berawal dari suatu peristiwa pada zaman nenek moyangnya, dimana pantangan itu timbul karena merasa berhutang budi, perasaan seolah-olah satu keturunan (raraatn) misalnya:

a. Orang yang tungkal makan ular tertentu jenisnya, misalnya ular sawa, ataupun semua jenis ular, karena neneknya pernah kembar dengan ular.

b. Denikian pula ada yang kembar dengan buaya, sehingga dia anak cucunya tidak boleh membunuh buaya, karena dianggap raraatn-nya.

c. ada orang yang tidak mau makan paku lemiding, karena moyangnya dulu hilang rabi menjadi kebenaran atau kamang. Air lemiding yang merah dipercaya sebagai darah kamang, sehingga anak cucunay tidak boleh makan lemiding.

d. ada orang yang tidak mau makan miramun (rambutan hutan) karena moyangnya pada zaman mengayau dapat diselamatkan sebab ia bersembunyi naik diatas pohon miramun. Jadi sebagai balas budi karena miranun dianggap yang menyelamatkan dari kayau.

e. dan masih banyak lagi contoh-contoh lain.

Jadi tungkal adalah termasuk pantang-lala’ dan kaamaliatn sehingga kadang-kadang orang menyebutnya “tungkal pamali”.